(Foto: Ilustrasi. Dok. Pexels.com)
(Foto: Ilustrasi. Dok. Pexels.com)

Hampir 100% Masyarakat Daerah Endemis Minum Obat Kaki Gajah

Rona penyakit kaki gajah
Sunnaholomi Halakrispen • 04 Oktober 2019 10:22
Jakarta: Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) secara gratis merupakan program Kementerian Kesehatan sejak lima tahun terakhir. Program utamanya, Eliminasi Penyakit Kaki Gajah yang dilakukan bulan Oktober tiap tahunnya.
 
Pemberian obat kaki gajah utamanya dilakukan di wilayah endemis filariasis di Indonesia. Masyarakat diberikan obat kombinasi diethylcarbamazine (DEC) dan Albendazole yang dikonsumsi satu kali selama lima tahun. Targetnya, POPM minimal 65 persen dari penduduk yang berusia 2 sampai 70 tahun. 
 
"Kenyataannya beberapa provinsi lebih dari 65 persen, dan rata-rata 78 persen di tahun sebelumnya," ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis (P2PTVZ) Kemenkes, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid., di Gedung Kemenkes, Jakarta Selatan.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Selama empat tahun berjalannya POPM, telah mencapai lebih dari target. Dua wilayah yang terbilang paling rendah walaupun penerimaan obat kaki gajah masih di atas 65 persen. Keseluruhannya, hampir mencapai 100 persen. 
 
Angka paling rendah ada di daerah Papua dan Sulawesi Barat. Keduanya masih berada di bawah 70 persen. Kemenkes pun berharap angkanya bisa lebih dari itu.
 
Tahun ini, dimungkinkan sebagai pelaksanaan terakhir POPM. Sebab, lima tahun dinilai sebagai waktu yang cukup untuk menekan cacing filaria dalam darah. dr. Nadia menekankan bahwa keseluruhan pemberian obat tidak boleh kurang dari 65 persen dari jumlah penduduk target, karena jika kurang maka pihaknya dianggap gagal untuk POPM.
 
"Harusnya POPM selesai (di 2019), tapi kita menunggu sertifikasi itu enam tahun, harus survei eliminasi itu tiga kali berturut-turut selama setiap dua tahun," tuturnya.
 
Sementara itu, masih ada penolakan dari masyarakat. Penyebabnya ada dua, yakni masyarakat tidak tahu pentingnya minum obat kaki gajak, karena tidak merasa sakit namun disuruh mengonsumsi obat. dr. Nadia menekankan bahwa obat tersebut merupakan pencegahan scara massal. 
 
Masyarakat wilayah endemis harus minum obat supaya mencegah terpaparnya penyakit kaki gajah. Lantaran, hingga kini tidak ada vaksin untuk anti kaki gajah.
 
Obat ini bisa dikatakan seperti obat cacing, bukan antibiotik. Maka efek sampingnya pun rendah. Namun, jika ada masyarakat yang sedang sakit dan tubuh tidak fit, maka pihak Puskesmas biasanya lebih baik menunda pemberian obat kaki gajah. Sebab, dikhawatirkan nantinya serapan obat tidak baik.
 
"Tapi alhamdulillah di beberapa daerah karena ini tahun kelima, rata-rata sudah tidak terlalu menjadi masalah dalam pemberian obat," papar dr. Nadia.
 
Pada bulan Oktober 2019, akan dilakukan pemberian obat kaki gajah secara langsung selama satu bulan penuh, melalui pencanangan nasional Bulan Eliminasi Kaki Gajah (BELKAGA). Dicanangkan khususnya untuk daerah endemis kaki gajah. Bahkan untuk anak-anak sekolah, petugas kesehatan akan mendatangi sekolah untuk mendata dan memberikan obat.
 
"Tapi jika dia berhalangan di bulan Oktober, dan kembali ke kota tempat pemberian POPM, dia bisa mengakses secara gratis ke Puskesmas terdekat dengan memberikan datanya. Tapi jika cuma sekedar pergi bekerja atau tidak di lokasi, petugas nantinya akan terus mendatangi mereka yang belum menerima obat," pungkasnya.
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(YDH)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif