Kenali Adenomiosis, Penyakit yang Mirip Endometriosis (Foto: shutterstock)
Kenali Adenomiosis, Penyakit yang Mirip Endometriosis (Foto: shutterstock)

Kenali Adenomiosis, Penyakit yang Mirip Endometriosis

Rona kesehatan
Torie Natalova • 02 Desember 2016 19:21
medcom.id, Jakarta: Banyak wanita yang mengalami nyeri haid yang kuat menduga dirinya menderita endometriosis. Padahal, ada penyakit serupa dengan endometriosis yang memiliki gejala nyeri haid serupa yakni adenomiosis.
 
Seperti endometriosis, adenomiosis melibatkan pertumbuhan yang berlebih dari jaringan endometrium yang melapisi rongga rahim. Dokter kandungan di Vista East Medical Center Waukegan, Illnois mengatakan, adenomiosis terbentuk saat persiapan untuk pembuahan telur, sehingga jika Anda tidak hamil, ini bisa luruh menjadi darah haid.
 
Hal ini dapat muncul pada segala macam organ dan biasanya paling sering muncul di daerah panggul sehingga menyebabkan rasa sakit dan pendarahan berat.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


"Adenomiosisi terjadi ketika jaringan endometrial berjalan dari dalam rahim dan tumbuh dalam otot tersebut," kata Kristyn Brandi Dokter Kandungan Boston Medical Center.
 
Beberapa orang bisa mengalami sedikit rasa sakit atau tidak ada gejala sama sekali. Tapi, beberapa orang merasakan sakit seperti penderita endometriosis.
 
Beberapa gejala yang dialami penderita adenomiosis biasanya mengalami sakit kronis pada panggul, pendarahan berat dan sakit selama haid, nyeri saat berhubungan seksual, pendarahan di antara siklus haid, dan terkadang nyeri saat buang air kecil atau pergerakan di usus. Beberapa di antaranya juga mengalami masalah dengan infertilitas atau kesuburan.
 
Biasanya, adenomiosis terjadi pada wanita yang berusia 40 tahun ke atas dan setidaknya memiliki satu orang anak. Tetapi, biasanya adenomiosis sering tidak terdeteksi pada wanita yang lebih muda. Para ahli sendiri tidak yakin dengan apa penyebab penyakit ini.
 
Salah satu pemicu yang berpotensi adalah peradangan rahim setelah melahirkan. Selain itu mungkin bisa terjadi karena jaringan endometrium berakhir di tempat yang salah ketika rahim dibentuk pada awal pembentukan janin. Para ahli juga mencurigai hormon estrogen ikut berperan memicu penyakit ini.
 
"Terlepas dari bagaimana adenomiosis berkembang, pertumbuhannya tergantung pada estrogen yang beredar di tubuh wanita. Ketika produksi  estrogen menurun saat menopause, adenomiosis akhirnya hilang," kata Mayo Clinic.
 
Diagnosa adenomiosis lebih sulit daripada mendiagnosa endometriosis. Satu-satunya cara untuk mendiagnosa adenomiosis adalah melihat rahim dan kemudian menghilangkannya dengan pembedahan histerektomi. Meski menggunakan MRI dan ultrasound untuk mendiagnosa, dokter juga mungkin akan melakukan biopsi endomtrium untuk menyingkirkan adenomiosis.
 
Laparoskopi juga bisa dilakukan untuk mengobatinya, karena itulah satu-satunya cara untuk melihat apakah seseorang memiliki endomtriosis.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(ELG)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif