Peningkatan kadar protein glial fibrillary pada kepala yang sering terpukul menunjukkan kerusakan pada jenis sel otak khusus. (Foto: Pexels.com)
Peningkatan kadar protein glial fibrillary pada kepala yang sering terpukul menunjukkan kerusakan pada jenis sel otak khusus. (Foto: Pexels.com)

Efek dari Pukulan di Kepala

Rona kesehatan
Sunnaholomi Halakrispen • 25 April 2019 09:00
Sebuh pukulan di kepala lebih dari sekadar membuat Anda merasa pusing. Mereka yang sering terpukul kepalanya dalam studi yang dipublikasikan di Archives of Neurology disebutkan terdapat peningkatan protein asam glial fibrillary. Peningkatan kadar protein satu ini menunjukkan kerusakan pada jenis sel otak khusus.
 

 
Jakarta:
Pukulan di kepala bisa berakibat fatal bagi kesehatan. Mungkin lebih dari sekadar membuat Anda merasa pusing. Sebuah studi menunjukkan bahwa pukulan berulang di kepala menyebabkan peningkatan bahan kimia dalam cairan yang bersirkulasi di sekitar otak. Juga yang bersirkulasi di sumsum tulang belakang.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Zat kimia ini merupakan penanda cedera otak dan sel saraf. Munculnya bahan kimia otak ini juga dapat membantu menjelaskan apa yang dikenal sebagai sindrom punch drunk, disertai gejala kerusakan neurologis jangka panjang.
 
Sebagai contoh, para peneliti memelajari sekelompok petinju amatir dan menemukan mereka yang menderita pukulan berulang di kepala selama pertandingan tinju, memiliki kadar bahan kimia tertentu yang lebih tinggi dari kadar normal dalam cairan yang beredar di sekitar sumsum tulang belakang dan otak.
 
Para peneliti mengatakan, sekitar 20 persen petinju profesional mengembangkan cedera otak traumatis kronis sebagai hasil dari pukulan berulang-ulang di kepala selama bertanding.
 
(Baca juga: Studi Menemukan Hubungan Antara Penyakit Jantung dengan Alzheimer)
 
Efek dari Pukulan di Kepala
(Sebuh pukulan di kepala lebih dari sekadar membuat Anda merasa pusing. Foto: Pexels.com)
 
Tetapi sedikit yang diketahui tentang risiko cedera otak yang dihadapi oleh petinju amatir yang harus mengenakan tutup kepala pelindung dan bersaing dalam pertarungan yang lebih pendek.
 
Dalam studi yang dipublikasikan di Archives of Neurology, para peneliti memeriksa cairan serebrospinal dari 14 petinju amatir dalam tujuh hingga 10 hari setelah pertandingan mereka. Dilakukan juga pemeriksaan cairan pada tiga bulan kemudian setelah petinju beristirahat dari tinju.
 
Cairan serebrospinal dari 10 orang dewasa yang sehat dan bukan atletik juga dianalisis untuk perbandingan.
 
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah pertandingan tinju, para petinju memiliki tingkat rata-rata yang lebih tinggi dari protein otak bahan kimia neurofilamen dan dari pada banyaknya protein ketika mereka tiga bulan tanpa tinju.
 
Selain itu, mereka juga mengalami peningkatan kadar protein lain, yang disebut protein asam glial fibrillary. Peningkatan kadar protein satu ini menunjukkan kerusakan pada jenis sel otak khusus.
 
Peningkatan protein tersebut juga ditemukan pada orang yang mengalami cedera otak parah. Maka, sebaiknya hindarilah apapun yang berisiko memberikan benturan pada kepala. Baik itu pukulan dari orang lain maupun benda di sekitar Anda.
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(TIN)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif