Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu daerah yang termasuk endemis tinggi malaria dengan presentase 10,6 banding seribu penduduk. (Foto: Lifesystems)
Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu daerah yang termasuk endemis tinggi malaria dengan presentase 10,6 banding seribu penduduk. (Foto: Lifesystems)

Berantas Malaria, Pemakaian Kelambu Masal Dilakukan Sejak 2014 di NTT

Rona malaria
Sri Yanti Nainggolan • 05 Mei 2017 08:28
medcom.id, Atambua: Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu daerah yang termasuk endemis tinggi malaria dengan presentase 10,6 banding seribu penduduk. Salah satu desa yang cukup mendapat perhatian di daerah tersebut terkait wabah malaria adalah Silawan, desa yang menjadi wilayah perbatasan dengan Timor Leste.
 
Rabu 3 Mei 2017, kepala desa Silawan, Ferdinandus Mones Bili mengajak para media massa yang sedang melakukan kunjungan tematik bersama Kementerian Kesehatan untuk melihat efektivitas penggunaan kelambu masal di desa tersebut melalui survei kecil.
 
Ia menjelaskan, masyarakat sangat antusias dengan program yang telah dicanangkan sejak tahun 2014 tersebut.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


"Puskesmas membagi kelambu setiap 3 tahun sekali. Masyarakat Silawan sebanyak 900 KK sudah mendapat kelambu gratis dari pemerintah," tukas Kepala Puskesmas Silawan Agusto Lopes Martins, yang turut menemani.
 
Berantas Malaria, Pemakaian Kelambu Masal Dilakukan Sejak 2014 di NTT
(Kelambu yang digunakan untuk menghalau nyamuk malaria. Dok. Metrotvnews.com/Yanti)
 
Kepala desa yang biasa disapa Ferdi tersebut juga menjelaskan bagaimana perawatan kelambu, yaitu harus dijahit bila sobek, dicuci tanpa menggunakan sabun, dan dijemur namun menghindari matahari atau hanya boleh kena angin.
 
"Menjemur kelambu tidak boleh terkena matahari karena akan mengurangi tingkat efektitas insektisidanya", ujar Ferdi.
 
Selain itu, kelambu yang digunakan harus menggunakan insektisida dan digunakan pada pukul 6 sore hingga pukul 6 pagi.
 
Selama 2016, sudah terjadi 6 kasus sakit malaria di tahun 2016 dan 3 kasus di tahun 2017 yang berhasil sembuh di desa tersebut. Menurut Agusto, kemungkinan para penderita memiliki mata pencarian sebagai nelayan dimana mereka umumnya keluar di malam hari.
 
Sebagaimana diketahui, NTT merupakan provinsi urutan ke 4 tertinggi kasus malaria setelah Provinsi Papua, Papua Barat, Maluku dan NTT.
 

 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(TIN)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif