Faktanya, seorang Developer Game Muhammad Fahmi mengungkapkan bahwa game online termasuk aplikasi di dalamnya memang didesain untuk menimbulkan candu bagi pemainnya.
"Sebagai developer, salah satu keahlian yang dibutuhkan menjadi game desainer adalah psikologi. Jadi yang bikin game pun harus tahu bagaimana caranya supaya (pemain terkena) adiksi ringan," ungkapnya dalam Selamat Pagi Indonesia Metro TV, Kamis, 1 Maret 2018.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Fahmi mengatakan membuat pemain dan pengakses game online menjadi ketergantungan adalah strategi pasar. Mengunggah aplikasi secara gratis dan hanya bermodalkan paket internet, cukup untuk mengikat para calon pemain.
"Dan memang seperti itu desainnya," ungkap Fahmi.
Sementara itu, Pakar Parenting Bambang Syumanjaya mengatakan dampak candu dari perkembangan teknologi merupakan sebuah keniscayaan. Anak-anak tidak bisa dilarang untuk mengakses internet atau gawai.
Menurut dia, yang bisa dilakukan kemudian adalah peran orang tua untuk memberikan pemahaman pada anak bagaimana mengelola dan memanfaatkan teknologi secara baik.
"Kita tidak bisa melarang anak untuk tidak menggunakan gawai atau teknologi. Tetapi mengajarkan mereka bagaimana mengelolanya itu lebih penting," katanya.
Bambang mengatakan gawai dan teknologi memang memiliki manfaat jika dilihat dari sisi lain. Namun dalam kaitannya dengan tumbuh kembang, prinsip yang harus diterapkan oleh orang tua terhadap anak adalah tidak membiarkan mereka menggunakan gawai maupun mengakses game online secara berlebihan.
"Kalau berlebihan tentu menimbulkan adiksi. Di sinilah perlunya keteladanan orang tua dalam menggunakan gawai. Berikan contoh yang baik dan konsisten melakukannya, ini bukan hanya menolong anak-anak tapi juga menekan risiko yang lebih berbahaya," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(MEL)