Sebuah studi kecil tentang antobodi virus korona di Santa Clara County, California mendeteksi permasalahan ini dengan menggunakan tes antibodi atau studi serologis. (Foto: Pexels.com)
Sebuah studi kecil tentang antobodi virus korona di Santa Clara County, California mendeteksi permasalahan ini dengan menggunakan tes antibodi atau studi serologis. (Foto: Pexels.com)

Tes Antibodi untuk Melihat Kasus Covid-19?

Rona covid-19 antibodi virus korona covid-19
Kumara Anggita • 19 April 2020 17:14
Jakarta: Sebanyak dua jutaan manusia dilaporkan terkena virus korona atau covid-19 di seluruh dunia. Ini adalah jumlah yang banyak dan sungguh buat kita khawatir.
 
Jumlah tersebut lebih dari apa yang kita perkirakan. Dilansir dari Live Science, sebuah studi kecil tentang antobodi virus korona di Santa Clara County, California mendeteksi permasalahan ini dengan menggunakan tes antibodi atau studi serologis.
 
Studi kecil itu menemukan bahwa sebanyak 3.000 orang telah terjangkit covid-19. Hasilnya menunjukkan bahwa antara 2,5 persen dan 4,2 persen orang di County telah terkena covid-19. Jumlah ini 50 hingga 85 kali lebih besar dari jumlah kasus yang dilaporkan pada saat itu.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Namun orang-orang tidak begitu percaya dengan hasilnya sehingga beberapa mengatakan bahwa tes ini tak dapat diandalkan. Ahli epidemiologi beranggapan lain. Dia justru meminta tes jenis ini dibuat secara lebih luas. 
 
"Saya pikir ini adalah awal yang baik untuk memulai survei serologis di AS, dan saya setuju bahwa kita harus memperluas pengujian ini sebanyak mungkin sehingga mudah-mudahan kita bisa mengetahui tingkat antibodi apa, jika ada, yang diperlukan untuk mempertahankan kekebalan," kata Krys Johnson, seorang ahli epidemiologi di Temple University di Philadelphia.
 
Lalu dari penelitian ini apakah bisa ditemukan seberapa luas virus korona bisa menyebar dan kapan pembatasan sosial ini bisa berakhir? Ahli epidemiologi memberikan jawaban yang tidak langsung.
 
Tes Antibodi untuk Melihat Kasus Covid-19?
(Sejumlah peneliti memulai survei serologis di AS, dan setuju memperluas pengujian sebanyak mungkin sehingga bisa mengetahui tingkat antibodi apa dalam kasus virus korona ini. Foto: Ilustrasi. Dok. Pexels.com)

Hasil

Peneliti Stanford University menggunakan iklan Facebook untuk menemukan sukarelawan yang akan diuji antibodi terhadap coronavirus novel, atau protein yang diproduksi oleh sistem kekebalan seseorang untuk melawan virus spesifik yang telah menginvasi tubuh. 
 
Sekitar 3.300 sukarelawan datang ke tempat pengujian drive-thru pada 3 April dan 4 April. Satu dari setiap 66 yang dites positif antibodi terhadap virus korona baru.
 
Sebanyak 50 tes kembali dilakukan dan hasilnya positif. Setelah menyesuaikan perbedaan kode pos, ras, dan jenis kelamin antara populasi sampel dan Santa Clara secara keseluruhan, para peneliti memperkirakan bahwa antara 48.000 dan 81.000 orang di daerah berpenduduk 2 juta orang yang kuat diduga telah terjangkit virus korona di beberapa titik. Pada saat itu, departemen kesehatan melaporkan sekitar 1.000 kasus positif.

Penyakit ini tidak mematikan dari yang diperkiarakan?

Dengan menggunakan data tersebut, tim memperkirakan bahwa "tingkat kematian akibat infeksi" akibat virus korona atau jumlah orang yang terinfeksi yang meninggal akibat penyakit adalah antara 0,12 persen dan 0,2 persen, atau antara 20 persen dan dua kali lebih mematikan daripada influenza musiman. (Yang membunuh sekitar 0,1 persen orang yang terinfeksi, rata-rata). Studi lain dari Nature memperkirakan tingkat kematian akibat infeksi antara 0,5 persen dan 0,9 persen.
 
Menurut Nature, beberapa ahli mempertanyakan hasilnya, mengatakan bahwa studi ini menciptakan kesan bahwa ada lebih banyak kasus virus korona daripada yang sebenarnya ada. Alhasil, tes yang digunakan dalam penelitian ini belum disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA).
 
"Mereka terkendala oleh fakta bahwa tes antibodi yang mereka gunakan tidak terlalu baik, yang harus mereka coba dan sesuaikan untuk yang terinfeksi," kata George Rutherford, profesor epidemiologi dan biostatistik di University of California, San Francisco (UCSF).
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(TIN)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif