Tim Gerak Cepat (TGC) dari Kementerian Kesehatan RI, Dinkes Provinsi Jawa Barat, dan Dinkes Kota Depok, masih terus melakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE). Hal ini demi mengurangi jumlah penderita dan mencegah kematian serta mendapatkan informasi cepat, tepat dan akurat terkait kasus-kasus baru.
Kasus Hepatitis A yang ditemukan berjumlah 262 kasus, berasal dari SMPN 20 Depok, masyarakat sekitar sekolah tersebut, dan santri Pesantren Petik yang lokasinya dekat SMPN 20 Depok.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dr. Anung Sugihantono, M.Kes mengatakan setelah dilakukan PE tidak ada laporan kematian. Namun masyarakat diimbau tetap waspada.
“Setelah PE tidak dilaporkan adanya kematian, tapi ini adalah sinyal bahwa kita harus mampu melakukan berbagai hal untuk antasipasi serta melakukan kegiatan pencegahan dan pengendalian terkait faktor risiko penularan,” ucap Dirjen Anung.
Sementara itu kewaspadaan tetap dijaga. Sebab sumber penularan bisa terjadi dari mana saja mengingat banyaknya faktor risiko penularan di sekitar SMPN 20 Depok.
Faktor risiko penularan tersebut antara lain:
1. PHBS belum diterapkan secara optimal di lingkungan sekolah,
2. Sarana untuk PHBS di sekolah belum memenuhi syarat kesehatan,
3. Belum ada pembinaan kepada pedagang jajanan di sekitar sekolah dan pemeriksaan berkala,
4. Banyaknya penjaja makanan di sekitar sekolah yang tidak terkontrol oleh pihak sekolah,
5. Pengetahuan yang kurang terkait hepatitis A.
Tim Gerak Cepat telah melakukan pendampingan investigasi dan upaya pengendalian KLB Hepatitis A, pengambilan sampel serum darah pada siswa dan guru, rectal swab kepada pedagang makanan di sekitar sekolah, dan pemeriksaan sumber air. Selain itu juga telah dilakukan penyuluhan di SMPN 20 Depok, di Pesantren Petik, kepada Kader dan Kelompok masyarakat lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(FIR)