"Anak boleh pakai suplemen penambah imun, di atas satu tahun tapi yang sering salah kaprah adalah memberikan suplemen karena ingin membantu daya tahan tubuh," ujar Prof. dr. Bambang Supriyatno, SpA (K), selaku Konsultan Respirasi Anak di RSCM, di Bunga Rampai, Menteng, Jakarta Pusat.
Penekanannya, kesalahan terjadi apabila anak diberikan konsumsi suplemen dalam sepanjang hari dan usianya. Padahal, penggunaan paling baik ialah ketika ingin bepergian, lelah, atau saat merasa hampir merasa sakit.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Tapi susah pada anak, dia enggak bisa ngomong kapan lelah atau sakit. Kita bisa lihat kalau dia rewel, ketika anak demam di situlah bisa kita kasih suplemen. Tidak diberikan setiap hari, bisa bulanan," paparnya.
Ia memaparkan bahwa anak boleh mengonsumsi suplemen penambah imun. Setidaknya, saat anak berusia satu tahun. Imunitas anak pun memiliki perbedaan antara anak balita dan anak berusia di atas 5 tahun.
"Nomor satu, karena kesempurnaan sistem imun tubuh. Kemudian pada saat dia akil baligh, biasanya ada gangguan hormonal sehingga daya tahan tubuhnya menurun," tuturnya.
Sementara itu, jika anak melakukan imunisasi dasar lengkap terlambat, ada sejumlah hal yang harus diperhatikan. Pertama, ada jadwal yang telah ditetapkan.
"Kalau tidak sesuai jadwal, tentu terlambat lebih baik dari pada tidak. Jadi bisa dilakukan di umur tertentu. Misalnya umur 2, 4, 6 bulan belum DPT, baru sadar 1,5 tahun ritmenya bisa diulang," ucapnya.
Akan tetapi, ada beberapa imunisasi yang tidak perlu dilakukan, seperti BCG yang biasa dilakukan pada bayi dua bulan. Baru sadar pada dua tahun. Ada aturan mainnya, yakni harus dilakukan pemeriksaan untuk memastikan apakah anak TBC atau tidak.
"Ketika dia mantuk positif artinya pernah terinfeksi oleh kuman TBC maka tidak perlu melakukan imunisasi BCG. Tapi kalau mantuk negatif bisa dilakukan," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(YDH)