“Penelitian di bidang transgenerational epigenetic dari beberapa pakar biopsychology di dunia mereka berusaha melakukan penelitian tentang kondisi DNA. Ternyata DNA manusia itu tidak hanya menurunkan warna bola mata, kulit, simbol-simbol biologis yang secara fisik bisa kita lihat,” ujar Efnie Indrianie, M.Psi, Psikolog anak, remaja dan keluarga dalam acara SIAM (Sambut Iftar Ala Medcom) Rabu, 6 Mei 2020 di Medcom.id dan YouTube Medcom id.
Menurut Efnie, berdasarkan kajian di bidang transgenerational epigenetic menemukan bahwa memori yang terjadi pada leluhur atau nenek moyang terkunci di DNA.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
“Jadi ada dua hal memori yang secara universal dan ini tidak dipengaruhi oleh agama, ras, gen apapun, dua memori ini akan tetap ada,” katanya.
“Pertama adalah, ternyata dari zaman dahulu kala leluhur kita takut akan ular dan binatang buas. Jadi tidak usah aneh bagi sebagian orang, jika melihat hal-hal yg berbentuk ular, ulat, cacing, dan seterusnya itu biasanya geli takut dan itu terjadi secara otomatis,” tutur Efnie.
Kemudian yang kedua, menurut Efnie adalah secara DNA pada dasarnya manusia memang takut akan kegelapan.
“Jadi binatang buas dan gelap itu hasil dari memori yang terkunci di DNA pada zaman berburu dan nomaden. Sehingga sampai saat ini makanya sangat wajar pada sebagian orang mereka itu merasa takut dengan gelap atau terhadap hal-hal yang berhubungan dengan binatang buas tadi,” tutup Efnie.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(TIN)