International League Against Epilepsy (ILAE) menyatakan, sekitar 60 juta orang menderita epilepsi hingga tahun ini. Di negara berkembang, ada tiga hingga 10 dari 1.000 penduduk menderita epilepsi setiap tahunnya.
Dr Irawaty Hawari, Sp.S, Ketua Yayasan Epilepsi Indonesia (YEI), dalam edukasi kesehatan bertajuk Yes I Can: Saya Pasti Bisa! Saya Harus Bisa di Jakarta, Rabu (23/3/2016) menjelaskan, kekambuhan epilepsi terjadi akibat adanya aktivitas atau letusan listrik abnormal di otak.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Bentuk manifestasi bisa bermacam-macam, yang paling umum adalah kejang, dan perubahan tingkah laku," papar Dr Irawaty.
Hal tersebut terjadi karena berbagai hal, antara lain kerusakan jaringan atau tumor otak, cedera kepala yang diakibatkan meningitis, gangguan pembuluh darah otak atau stroke, cacat lahir, dan kelainan genetika. Perlu tes Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk mengetahui ada tidaknya struktur yang tidak normal pada otak.
Sementara itu, 30 persen penyebab epilepsi idiopatik dan kriptogenik belum diketahui penyebabnya.
Orang dengan epilepsi bisa hidup layaknya orang normal jika tidak mengalami serangan. Rutin mengonsumsi obat epilepsi adalah cara terbaik untuk mengontrol serangan epilepsi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(DEV)