Jakarta: Belum ada obat yang benar-benar bisa menyembuhkan Human immunodeficiency virus (HIV). Sebab HIV merupakan virus yang sangat cerdas dan sulit diberantas.
Virus ini selalu menggandakan diri di dalam tubuh inangnya sekaligus menginfeksi sel-sel sehat. HIV juga mempelajari obat yang diciptakan untuk memberantas virus itu. Kemudian bermutasi dan kebal terhadap obat-obatan.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Bukan hanya itu. HIV juga kerap melindungi dirinya dengan bersembunyi dalam getah bening dan jaringan lain di seluruh tubuh. Ketika sistem kekebalan tubuh menurun, virus HIV mulai mereplikasi diri.
Adapun obat anti-retroviral (ARV) yang dikonsumsi hanya bekerja menjaga virus tetap terkendali di dalam tubuh. Meskipun manfaat ARV tidak bisa dianggap sebelah mata. Jika digunakan dengan benar, ARV dapat menekan jumlah virus HIV dalam tubuh tetap pada tingkat yang sangat rendah.
Meski demikian, sebuah penelitian yang diterbitkan Nature Communications, membawa angin segar dalam upaya pengobatan HIV. Para peneliti melaporkan cara baru yang memungkinkan menghilangkan HIV melalui genom yang merupakan rangkaian informasi genetik manusia.
“Pengamatan ini adalah langkah pertama untuk menunjukkan bahwa, HIV adalah penyakit yang dapat disembuhkan,” kata salah satu penulis utama penelitian, Kamel Khalili, seperti dikutip Time.
Rasa optimistis itu timbul ketika Khalili bersama peneliti lainnya melakukan uji yang melibatkan 29 tikus. Dalam studi tersebut, hewan pengerat yang mengidap HIV diberikan kombinasi pengobatan ARV bersama dengan teknik pengeditan gen.
Mulanya, para peneliti mengurangi replikasi virus secara aktif dalam darah menggunakan obat ARV konvensional yang diproses menggunakan laser ART. Proses ini dikembangkan oleh Dr. Howard Gendelman, ketua farmakologi dan ilmu saraf eksperimental di University of Nebraska Medical Center.
Laser ART berfungsi mengubah struktur obat anti-HIV konvensional menjadi kristal yang kemudian terbungkus dalam partikel larut dalam lemak. Ini memungkinkan mereka untuk menyelinap melalui membran sel di tempat persembunyian virus HIV. “Seperti hati, jaringan getah bening, dan limpa,” sambung Khalili.
Begitu berhasil menyelinap masuk, enzim sel mulai melepaskan obat ARV dengan alur lambat. Hal ini, kata Khalili, memungkinkan obat bereaksi lebih efektif dalam membunuh virus yang sedang terlena dalam persembunyiannya.
Setelah proses itu kelar, tim peneliti langsung menerapkan pengeditan gen menggunakan metode Clustered regularly interspaced short palindromic repeats (CRISPR - cas9). CRISPR bertugas memisahkan virus HIV dari benteng pelindungnya. CRISPR juga bertugas memisahkan sel-sel tubuh yang terjangkit HIV.
Metode CRISPR sebelumnya berhasil memusnahkan gen HIV dari sel manusia yang terdapat di piring laboratorium. CRISPR juga sukses membantai virus dari hewan lab. Tetapi, virus HIV kembali lima hingga delapan minggu kemudian.
“Hanya mengandalkan metode CRISPR, belum cukup ampuh memberantas HIV. Soalnya setelah HIV bereplikasi, menghasilkan begitu banyak Salinan. Oleh karena itu kita menggunakan dua langkah sekaligus,” ujar dia.
Metode ini sudah diterapkan pada primata. Khalili berharap uji coba berjalan sukses dan bisa diterapkan terhadap manusia.
"Kami cukup percaya diri dan berharap dengan hasilnya. Dengan menggunakan teknologi dan metode yang kami kembangkan, seseorang dapat mencapai apa yang kami sebut sebagai obat sterilisasi, atau penghapusan virus," tandas Khalili.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(YDH)