Setidaknya ada empat kendala yang biasanya dialami para ibu menyusui dlaam memberikan ASI Eksklusif. (Foto: Ilustrasi. Dok. Pexels.com)
Setidaknya ada empat kendala yang biasanya dialami para ibu menyusui dlaam memberikan ASI Eksklusif. (Foto: Ilustrasi. Dok. Pexels.com)

4 Kendala Pemberian ASI Eksklusif bagi Ibu Menyusui

Rona kesehatan ibu menyusui
Sunnaholomi Halakrispen • 09 Agustus 2020 11:00
Jakarta: ASI (Air Susu Ibu) Eksklusif sangat diimbau untuk diberikan kepada bayi. Menyusui pun merupakan proses alamiah. Tetapi, menyusui tidak selalu mudah dilaksanakan dalam praktik sehari-hari, karena masing-masing ibu memiliki kendala.
 
Setidaknya ada empat kendala yang biasanya dialami para ibu menyusui dalam memberikan ASI Eksklusif. Hal itu disampaikan oleh Dr. dr. Naomi Esthernita F. Dewanto, Sp.A (K) selaku Pemimpin NICU Siloam Hospitals Kebon Jeruk.

1. Keluarga tidak mendukung

Ketika ada keluarga yang tidak mendukung si ibu untuk menyusui anaknya, ini menjadi kendala besar. Hal ini akan memengaruhi pola pikir dan mental ibu menyusui, apalagi saat hendak menyusui anak pertama atau sedang belajar menyusui. 
 
"Karena masih awal mungkin posisinya tidak tepat. Tetapi ketika orang tua melihat bayi nangis, menganggap ASI si ibu tidak ada dan akhirnya menyarankan memberikan susu sapi. Di situ keluarganya saja tidak mendukung," ujar Dr. Naomi dalam webinar Support Breastfeeding for Healthier Planet.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Ia menyatakan bahwa mungkin anggota keluarga tersebut memiliki pengetahuan yang kurang tentang pentingnya ASI bagi bayi. Selain itu, kata dr. Naomi, mereka tidak tahu bahwa di hari pertama atau kedua setelah melahirkan, ASI yang sulit keluar itu merupakan hal yang normal. 
 
"Karena ASI akan keluar banyak itu setelah 40 jam melahirkan," jelasnya.

2. Tenaga kesehatan

Tenaga kesehatan juga bisa menjadi kendala dalam pemberikan ASI oleh ibu menyusui. Sebab, terkadang tenaga kesehatan di rumah sakit bersikap kurang ramah atau tidak sabar dalam mengajari ibu menyusui. "Atau tenaga kesehatannya sendiri kurang berpengalaman, sehingga tidak memberikan support kepada si ibu," paparnya.

3. Ibu kurang aktif

Fisik dan mental ibu menyusui sangat penting diperhatikan, karena berpengaruh pada produktifitas ASI. Maka, ibu harus aktif dalam mengumpulkan informasi atau pengetahuan seputar laktasi.
 
"Sejak hamil sebenarnya si ibu harus ada dua kali konsultasi laktasi untuk persiapan fisik dan mental. Apalagi kalau bayinya sakit atau masuk NICU. Ibunya akan stres dan memicu menurunnya produksi ASI. Apalagi di tengah pandemi," tutur Dr. Naomi.

4. Pendapat negatif orang lain

Dr. Naomi menuturkan bahwa menurut penelitian, keberhasilan wanita dalam menyusui 2,5 kali lebih berhasil jika dilindungi atau didukung orang di sekitarnya.
 
Hal ini termasuk orang selain keluarga si ibu menyusui. Penting sekali seorang ibu diberitahu hal positif bahwa ASI itu penting. 
 
"Masyarakat juga perlu memberikan pengetahuan dan masukan yang baik dan benar. Jangan sampai masyarakat termakan sponsor-sponsor yang akhirnya mendesak ASI untuk kalah. Itu banyak sekali iklan yang berpengaruh hingga membuat ASI-nya tidak eksklusif," pungkasnya. 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(TIN)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif