Simak kisah dr. Stella Shirley M, SpOG dari Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, salah satu tim medis di garda terdepan covid-19. (Foto: Instagram dr. Stella Shirley Mansur, SpOG/@dokter_stella_spog)
Simak kisah dr. Stella Shirley M, SpOG dari Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, salah satu tim medis di garda terdepan covid-19. (Foto: Instagram dr. Stella Shirley Mansur, SpOG/@dokter_stella_spog)

kisah

Kisah Perempuan Garda Terdepan Covid-19

Rona Hari Kartini kisah covid-19 dr. Yusuf, SpOG dr. Stella Shirley M, SpOG
Sunnaholomi Halakrispen • 21 April 2020 20:59
Jakarta: Tak hanya pria, perempuan pun menjadi garda terdepan atau sebagai tenaga medis penanganan kasus wabah covid-19 (new coronavirus) di Indonesia. Salah satunya, dr. Stella Shirley M, SpOG yang bertugas di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta.
 
Wanita sebagai Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi (Kebidanan dan Kandungan) yang bergabung sejak 2013. Mau tak mau, ia wajib siap turut andil merawat pasien covid-19.
 
Berbeda dengan Bulan Maret 2020 saat awal penyebaran covid-19 terjadi di Indonesia. Sejumlah rumah sakit masih bisa memilah pasien karena pasien covid-19 dikirim ke rumah sakit rujukan.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Semakin hari berlalu, termasuk pasien covid-19 langsung ditangani, dirawat. Sebab, gejala yang datang semakin tidak jelas, tidak hanya batuk, pilek, atau pun demam. 
 
"Kadang pasien datang karena kondisi jantung atau mau lahiran. Tapi pas diperiksa ternyata ada covid-19. Jadi mau menolak juga enggak dan rumah sakit rujukan pun sudah penuh," ujar dr. Stella kepada Medcom.id.
 
Kisah Perempuan Garda Terdepan Covid-19
(Dr. Stella saat berada di ruangan operasi. Foto: Instagram dr. Stella Shirley Mansur, SpOG/@dokter_stella_spog)

Perempuan pun mampu

Peristiwa suka dan duka dilalui sebagai perempuan garda terdepan covid-19. Sembari dr. Stella teringat bahwa tim medis telah berikrar melakukan tindakan terbaik untuk seluruh pasien. 
 
"Tentu kita melakukan pekerjaan ini dengan sukarela," ucapnya.
 
Perempuan mampu menjalani profesi yang tidak mudah ini. Meskipun waktu yang dihabiskan untuk bersama keluarga sendiri menjadi terbatas.
 
Apalagi dengan adanya risiko tinggi yang harus dihadapi. Misalnya, ketika tidak sedikit tenaga keseharian yang tertular covid-19. Soal ini, dr. Stella menjelaskan bahwa kebanyakan pasien datang tidak terdiagnosa ada covid-19 di tubuh mereka. 
 
Kisah Perempuan Garda Terdepan Covid-19
(Mari kita bertugas. Sesuai sumpah dokter ... Demi Allah saya bersumpah, bahwa: ‘Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan.’ #fightingcovid19 In frame : Radiology Dept RS Mitra Keluarga Kelapa Gading. Foto: Instagram dr. Stella Shirley Mansur, SpOG/@dokter_stella_spog)
 
"Ada pasien langganan kita dengan penyakit jantung. Dia datang karena sesak napas. Diagnosa awal kita dia ada gagal jantung. Jadi tidak dimasukkan langsung ke ruang perawatan bangsal covid-19. Ternyata dia ada covid-19 positif," kenangnya.
 
Contoh lainnya, ibu hamil yang ke rumah sakit dengan sesak napas pun bisa saja terkena covid-19, meskipun sewajarnya ibu hamil sering kali mengalami sesak napas. 
 
Kondisi-kondisi itu memengaruhi tenaga medis yang menangani pasien tersebut, karena pemeriksaan dan perawatan dilakukan di ruangan bukan khusus untuk pasien covid-19.
 
Profesi perempuan sebagai bagian dari tenaga medis di tengah pandemi global covid-19 tidaklah mudah. Namun nyatanya, perempuan pun mampu. Asalkan dengan menjalankan yang terbaik dalam hidup, seperti ucapan Raden Ajeng Kartini selaku perempuan yang telah berjasa bagi perempuan Indonesia. 
 
"Banyak hal yang bisa menjatuhkanmu. Tapi satu-satunya hal yang benar-benar dapat menjatuhkanmu adalah sikapmu sendiri," kutipan RA Kartini.
 
Kisah Perempuan Garda Terdepan Covid-19
("Aku berdoa, "badai" Covid 19 ini cepat berlalu," tulisnya dalam Instagram pribadinya. Foto: Instagram dr. Stella Shirley Mansur, SpOG/@dokter_stella_spog)
 
"Selamat Hari Kartini bagi perempuan Indonesia, semangat. Sekarang ini kita di era perempuan dan laki-laki sejajar. Tapi menurut saya, perempuan tetap memiliki dua fungsi, yaitu saat bekerja dan di rumah tangga," tutur dr. Stella.
 
Apabila saat kerja misalnya sebagai tim medis, asalkan melakukan yang terbaik di bidang masing-masing, itu sudah sumbangsih yang luar biasa. 
 
Kemudian kalau sedang di rumah, apabila perempuan bisa menjalankan fungsi sebagai ibu atau istri dengan baik, itu sudah merupakan fungsi luar biasa. 
 
"Kita tidak bisa bilang kalau perempuan sekarang harus begini dan begini. Tidak ada patokan jelas. Tapi kalau kita bisa melakukan hal terbaik yang kita bisa dan sepenuh hati, saya yakin itu bisa menjadi hal yang terbaik," pungkasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(TIN)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif