Salah satu cara unik dalam tidak meninggalkan sejarah, dilakukan Randy Wirayudha, Beny Rusmawan, dan Nurkholis Wardi. Mereka mendirikan satu komunitas yang aktif berbagi edukasi tentang sejarah Jakarta dan Bekasi.
"Sebagai wadah belajar sejarah dengan cara yang lebih interaktif terkait sejarah revolusi fisik di Jakarta dan Bekasi," ucap Randy kepada Medcom.id.
Aktif membuat teatrikal
Randy mengenang, zaman dahulu Bekasi merupakan bagian dari Karesidenan Djatinegara. "dan konflik bersenjata skala besar di ibukota adanya di Bekasi," kenangnya.Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Sedangkan Jakarta, katanya, pada saat itu menjadi kota diplomasi setelah ditarik garis demarkasi di Kali Cakung. Tepatnya usai sekutu datang ke Indonesia.
Komunitas yang dibentuk sejak 14 November 2014 ini pun menghargai sejarah dan aktif membuat teatrikal.

Reka ulang dilakukan Front Bekassi saat Pertempuran Sasak Kapuk. (Foto: Dok: Front Bekassi)
Selain teatrikal atau sosiodrama, Komunitas Front Bekassi juga sering menemui para veteran atau pejuang untuk bisa tetap menjalin silaturahim. Khususnya setiap Hari Raya Kemerdekaan Indonesia alias Agustus-an.
"Kita patungan untuk kasih bingkisan buat para veteran yang masih hidup," ungkapnya.
Berbagi kisah perjuangan juga dikemas dalam sebuah tulisan blog. Randy dan pengelola komunitasnya itu membuat tulisan hasil wawancara dengan para veteran.
Suka duka pelestari sejarah
Upaya unik yang dikemas dengan teatrikal bukan perkara mudah. Randy dan kawan-kawannya melalui beragam peristiwa suka dan duka. Seperti merelakan waktu tidur mereka demi menyiapkan rangkaian acara dan mengerahkan tenaga.Kejadian tak terlupakan baginya ialah, ketika menyiapkan gelar teatrikal Pertempuran Sasak Kapuk di Pondok Ungu, Bekasi, tahun 2014 dan 2015. Timnya yang berperan sebagai musuh dari Pejuang Indonesia, mengenakan seragam pasukan tentara yang dikerahkan Belanda untuk bertahan menjajah Indonesia atau KNIL.

Randy Wirayudha, penggagas Front Bekassi. (Foto: Dok. Front Bekassi)
"Pernah juga diteriakin 'Belanda Bangsat' hanya karena berseragam KNIL. Padahal yang namanya teatrikal kan tetap harus ada musuhnya pejuang. Ya seperti di film-film saja," jelasnya.
Silaturahmi dengan komunitas lain
Randy mengatakan, siapapun bisa bergabung menjadi bagian dari komunitas ini. Caranya, mengikutsertakan diri dalam page Facebook Front Bekassi.Bukan hanya mengadakan kegiatan dengan antar-anggota di satu komunitas, tetapi ada juga kegiatan dengan komunitas lain. Salah satunya, silaturahmi yang selalu dilakukan.
"Biasanya tiap-tiap ketuanya tergabung di grup Whatapp reenactor se-Indonesia. Lazimnya sekadar tegur-sapa, dan sering bertukar informasi/data/hasil riset tentang sejarah," ungkap Randy.

Reka ulang dilakukan Front Bekassi saat Pertempuran Sasak Kapuk. (Foto: Dok: Front Bekassi)
Ada juga kolaborasi antar komunitas. Hal ini biasanya diadakan setiap Agustus, mereka membuat teatrikal di Munasprok (Museum Naskah Proklamasi) dengan Komunitas Bangor & IDR (Indonesian Reenactors).
"Setiap tahun juga selalu datang meramaikan acara komunitas sejenis, di Bandung, Jogja, dan Surabaya selaku undangan. Setiap komunitas yang membuat acara sudah pasti mengundang komunitas-komunitas lain dari luar kota," tuturnya.
Kegiatan lainnya, mereka pernah mewawancara tokoh Tionghoa di Pecinan Bekasi, yakni saksi mata Bekasi Lautan Api, Desember 1945.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(FIR)