Salah satunya adalah Edho Pratama, atau yang lebih dikenal dengan nama Edho Zell. Ia seorang content creator yang memberikan contoh dalam menebara kebaikan melalui media sosial lewat program Warteg Gratis dan Rantang Gratis bagi mereka yang membutuhkan.
Lalu bagaimana perjuangan Edho mewujudkan beberapa program kebaikannya.
Masa lalu yang sulit
Edho Zell bercerita bahwa semenjak dirinya lahir sampai saat ini, ia tumbuh besar tanpa didampingi sosok ayah.Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
“Saya tumbuh besar tanpa support daya sosok ayah. Kebetulan karena mama saya harus bekerja, anak-anaknya menjadi kekurangan perhatian dan kasih sayang,” tutur Edho.
Anak ketiga dari lima bersaudara ini bercerita bahwa ketika ia memasuki SMA, sang ibu menikah lagi dan harus pindah ke Papua dengan suaminya. Sehingga ia harus berjuang sendirian di Jakarta.
“Pada saat tinggal di Jakarta sendirian, saya ngekos di daerah Mangga Besar di mana godaannya memang sangat besar. Saya sempat masuk ke dunia malam, mencoba berbagai hal, pernah menjadi DJ juga,” ujar Edho.
Menemukan titik balik
Pada masa-masa sulit tersebut, Edho yang tumbuh sendirian itu akhirnya menemukan kembali makna hidup. Ia lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.“Kalau saya lihat teman-teman saya ada yang OD, ada yang semakin kacau, tetapi satu titik juga mama saya masih support, masih menelpon, menanyakan kabar. Bisa dibilang itu masa-masa terendah saya dan diselamatkan oleh status BBM teman saya,” ujar Edho.
“Jadi saya yang dulu karena tumbuh sebagai anak broken home, saya pun menjadi agnostic. Di titik itu saya merasa depresi, mau bunuh diri karena pada pada 2012 itu saya gagal menikah. Pada masa sulit tersebut, saya melihat status BBM teman saya yang sedang mendengarkan lagu rohani Kristen,” ujar Edho.
Dari status tersebut, Edho menjadi penasaran dengan lagu itu. Dan dari situ juga ia merasa ada panggilan untuk belajar agama.
"Saya mencoba mencari kekuatan yang lebih besar dari saya. Makanya saya percaya bahwa media sosial itu powerful karena dari status BBM saja bisa menyelamatkan saya dari dunia malam,” tutur Edho.
Ia menambahkan bahwa mungkin juga melalui media sosial yang dimilikinya, mungkin bisa ada orang yang terberkati dan terselamatkan dari dunia yang tidak diinginkan.
“Kemudian pada tahun 2012, setelah saya bertobat, saya merasa didorong untuk masuk ke media sosial,” tuturnya.
Gagasan Warteg Gratis
“Jadi warteg gratis ini terinspirasi dari ibunya teman saya yang dulu selalu ngasih makan untuk saya. Kebetulan beliau tahu kondisi ekonomi saya, sehingga setiap malam selalu diajak untuk makan malam di rumahnya. Dan itu saya makan di rumah beliau selama dua tahun,” tutur Edho.Dari kejadian tersebut, Edho mengaku bahwa ia merasa ingin membalas kebaikan tersebut. Dengan cara memberikan give back kepada ibu temannya tersebut.
"Tetapi beliau kan tidak butuh, sehingga saya menyalurkannya ke masyarakat yang membutuhkan. Akhirnya kami buka warteg gratis menggunakan food truck ke perkampungan, panti asuhan, atau masyarakat yang membutuhkan untuk memberi makan gratis,” ujar Edho.
Ia menjelaskan bahwa dana untuk memberikan makanan gratis tersebut berasal dari sumbangan dan donasi dari para donatur. Melalui media sosial yang ia miliki, Edho mengajak kepada para follower dan subscribers-nya untuk bisa ikut menyumbang dan memberikan donasi.
Dan di tengah pandemi covid-19 ini, Edho juga melakukan program lainnya yang bernama Rantang Hati.
“Program Rantang Hati ini memang dikhususkan selama pandemi covid-19 ini. Jadi kita mengumpulkan dana, lalu membeli makanan di warteg sekitar. Satu sisi memberikan makan kepada mereka yang membutuhkan, sisi lain juga memberi masukan untuk warteg yang ada di lingkungan sekitar,” tutur Edho.
Ajakan untuk berbuat baik
Dalam menjalankan kedua program tersebut, Edho mengakut dibantu juga dengan para relawan."Jadi kalau mau membantu dengan ikhlas, kalau mau capek, mau rugi, ayo bergabung. Saya percaya bahwa pada saat kita memberi, maka kita lebih banyak menerima. Seringkali ketika saya memberi, saya merasa hati saya terpenuhi. Dunia ini tidak perlu banyak orang sukses, tetapi butuh banyak orang baik,” tutup Edho.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(FIR)