Studi yang dilakukan oleh University of Pittsburgh di Amerika Serikat tersebut menunjukkan bahwa remaja yang kurang tidur cenderung melakukan perilaku berisiko dan adiktif. (Foto: Pixabay.com)
Studi yang dilakukan oleh University of Pittsburgh di Amerika Serikat tersebut menunjukkan bahwa remaja yang kurang tidur cenderung melakukan perilaku berisiko dan adiktif. (Foto: Pixabay.com)

Studi: Kurang Tidur Tingkatkan Risiko Depresi pada Remaja

Rona keluarga psikologi studi kesehatan
Sri Yanti Nainggolan • 08 Desember 2017 19:13
Jakarta: Para peneliti memperingatkan para orangtua untuk memperhatikan durasi anak mereka, terutama saat usia remaja. Sebuah studi menemukan bahwa kurang tidur dapat meningkatkan risiko depresi pada remaja.
 
Studi yang dilakukan oleh University of Pittsburgh di Amerika Serikat tersebut menunjukkan bahwa remaja yang kurang tidur cenderung melakukan perilaku berisiko dan adiktif.
 
Hal ini dikarenakan kurang tidur kronik mengurangi fungsional yang tepat pada putamen, area pada otak yang berfokus pada pergerakan dan pembelajaran berdasarkan tujuan sebagai timbal balik. Kurang tidur juga membuat sistem otak untuk mendapat penghargaan cenderung berkurang.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Penelitian yang dipresentasikan pada Pertemuan Tahunan Pelajar Neuropsikofarmasi Amerika ke-56 tersebut memelajari perilaku tidur dari partisipan yang berusia 11-15 tahun.
 
Studi: Kurang Tidur Tingkatkan Risiko Depresi pada Remaja
(Studi yang dilakukan oleh University of Pittsburgh di Amerika Serikat tersebut menunjukkan bahwa remaja yang kurang tidur cenderung melakukan perilaku berisiko dan adiktif. Foto: Pixabay.com)
 
(Baca juga: Dapatkah Media Sosial Membantu Remaja Mengatasi Depresi?)
 
Tim yang dipimpin oleh Peter Franzen tersebut membagi partisipan ke dalam dua kelompok dimana kelompok pertama hanya tidur selama empat jam sementara kelompok lain tidur selama 10 jam. Kemudian, kedua kelompok tersebut bertukar pola. Para partisipan juga melakukan scan MRI.
 
Selain itu, para partisipan diminta menjawab beberapa pertanyaan sambil melakukan sebuah permainan dengan hadiah antara USD 1-10, yang menjadi ukuran untuk fungsi emosional dan gejala depresi.
 
Hasilnya, semakin lama partisipan yang kekurangan tidur bermain, maka putamen semakin tidak responsif. Saat beristirahat, bagian otak tersebut tidak menunjukkan perbedaan terkait jumlah hadiah yang diterima.
 
Semalam setelah kekurangan tidur, para partisipan yang memiliki respons putamen lebih rendah juga terlihat mengalami lebih banyak gejala depresi. 
 

 

 


 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(TIN)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif