Tetapi media sosial dapat memengaruhi anak yang masih labil dan belum bertanggung jawab. Komentar yang tidak semestinya, perundungan hingga risiko pelecehan lewat media sosial membuat anak rentan terhadap kejahatan siber.
Sebuah simposium "Bagaimana Media Sosial Mempengaruhi Perkembangan Anak-Anak Kita," yang diselenggarakan sebuah organisasi nirlaba NYC The Meeting House menyediakan program inovatif untuk anak-anak menghadapi perkembangan dan tantangan sosial. Seperti dilansir dari Parents, ada lima hal penting yang harus diketahui orang tua dan orang dewasa mengenai interaksi anak di media sosial.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
1. Anak-anak memerlukan mentor media sosial, seseorang yang tahu dan dapat membantu mereka bagaimana cara yang benar untuk berperilaku dalam jaringan.
Idealnya ini adalah tugas guru dan pustakawan. Tapi pembicara utama Mega M. Subramaniam menjelaskan, kedua profesi ini jarang memiliki kesempatan untuk membimbing anak-anak kita. Sebagian sekolah dan komputer sekolah secara otomatis menyaring media sosial sehingga kerap pengawasan di luar sekolah terabaikan.
Subramaniam yang juga Direktur Pusat Kebijakan dan Akses Informasi di University of Maryland menyarankan sebagai ganti orang tua atau orang dewasa yang tepercaya, temukan remaja yang lebih tua dari anak seperti pengasuh, penasihat yang dapat menunjukkan bagaimana cara bertanggung jawab dalam perilaku dalam jaringan. Minta orang itu membantu menunjukkan kepadanya seluk-beluknya.
2. Ada nilai pada pesan singkat, bahkan di antara anak dan remaja.
Kekhawatiran orang tua mencegah anak saling bertukar pesan lewat pesan singkat di media sosial bermacam-macam. Antara lain mengikis keterampilan menulis dan mengeja. Kekhawatiran lainnya anak dapat mengakses jalan lain bagi sesuatu yang kasar atau tidak pantas.
Para panelis sepakat bahwa usia 9 tahun masih terlalu muda untuk saling mengirim pesan singkat. Tapi Anda masih dapat membolehkan anak mengirim pesan secara terkendali dengan menghindari pesan berkelompok.
Psikolog sekolah menengah di The Churchill School di NYC Orit Goldhamer mengatakan anak akan tersedot dalam pembicaraan yang tidak berujung dalam grup. Biarkan dia mengirim pesan untuk merencanakan kumpul dengan teman-temannya sebagai lawan obrolan tanpa tujuan.

Ilustrasi/pexels
3. Mintalah anak Anda bertanya pada dirinya sendiri satu pertanyaan sederhana sebelum mengunggah apa pun.
Pertanyaannya adalah "Apakah Anda mau menunjukkan ini kepada nenek". Atau "Apakah guru Anda bangga saat membacanya?". Sarankan anak untuk mengajukan kedua pertanyaannya tersebut sebelum menulis status atau komentar apa pun.
4. Tandatangani kontrak media digital dengan anak.
Ini mencakup segala hal mulai dari batasan waktu, kata sandi, ke tempat perangkat harus disimpan sebelum tidur, hingga pentingnya perilaku ramah, dan banyak lagi.
Yang lebih penting daripada menandatangani kontrak adalah meninjau kembali. Seperti topik penting yang orang tua ingin anak-anak mereka paham, bicarakan hal tersebut lebih sering kepada anak-anak Anda.
5. Fakta menyenangkan: Ada aturan tak tertulis di antara anak dan Anda bahwa dia tidak boleh mengunggah status lebih dari satu dalam sehari.
Anak juga perlu mengetahui bahwa ia dapat menggunakan gawai dan membuka akun media sosial hanya di akhir pekan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(YDH)