Secara khusus perubahan iklim dapat mengubah proporsi kelahiran antara bayi laki-laki dan perempuan. Kelahiran bayi laki-laki lebih sedikit terjadi di tempat-tempat terdampak kekeringan dan kebakaran yang disebabkan oleh pemanasan global.
Misao Fukuda, dalam studinya di Jepang menemukan hubungan antara fluktuasi suhu dengan rasio kelahiran bayi. Perubahan suhu drastis menjadi salah satu faktor yang menyebabkan ibu beserta kandungannya mengalami tekanan dan stres berat.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Hal ini pada akhirnya memengaruhi proporsi kelahiran antara bayi laki-laki dan perenpuan," kata Misao Fukuda, penulis utama studi dan pendiri M&K Health Institut di Hyogo, melansir CNN.
Musim panas lalu, Fukuda dan rekan-rekannya menerbitkan studi untuk mengamati fenomena kelahiran di daerah terdampak bencana yang menyebabkan masyarakat mengalami stres ekstrem. Lokasi yang diteliti termasuk Prefektur Hyogo setelah gempa Kobe tahun (1995); Tohoku setelah gempa besar Jepang Timur (2011) dan Prefektur Kumamoto setelah gempa bumi (2016).
Sembilan bulan setelah bencana tersebut, para peneliti menemukan proporsi bayi laki-laki yang lahir di prefektur ini menurun antara 6 hingga 14 persen dari tahun sebelumnya. Data ini mendukung gagasan bahwa stres merupakan faktor utama yang memengaruhi kehamilan.Baca juga: Hal-hal yang Ada di Pikiran Pria
"Stres yang berasal langsung dari perubahan iklim yang disebabkan oleh pemanasan global mungkin juga memengaruhi rasio jenis kelamin," tulis Fukuda dan rekan penulisnya.
Menurut Fukuda, para ilmuwan masih belum dapat memastikan bagaimana stres memengaruhi kehamilan. Namun dia berteori bahwa sel sperma pembawa embrio "Y" yang menentukan jenis kelamin janin laki-laki, rentan gugur ketika dihadapkan pada kondisi stres.
"Ini diprediksi mengapa stres membuat perubahan signifikan dalam rasio jenis kelamin bayi yang baru lahir," ungkapnya.
Pendapat serupa dilontarkan Ray Catalano, seorang profesor ilmu kesehatan masyarakat di University of California, Berkeley. Dia menjelaskan bahwa perbedaan kelahiran terjadi atas proses seleksi alam yang terjadi di dalam rahim.
Dalam teorinya, seorang ibu secara spontan akan menggugurkan beberapa konsepsi dalam rahim dan menyaring siapa saja yang berhasil melewati proses konsepsi. Dampak stres, kata Catalano, juga menentukan apakah bayi terlahir dengan kelainan atau tidak.
"Stres bisa menyebabkan bayi terlahir dengan kelainan kromosom atau kelainan genetik dari respons ibu terhadap perubahan di lingkungannya. Biasanya kemungkinan cacat genetik ditemukan pada kelahiran perempuan," ungkapnya.
Meski begitu, studi ini tak lantas diamini dan diterima sebagai sebuah penelitian yang valid. Beberapa peneliti beranggapan studi ini tidak cukup bukti untuk mendefenisikan apakah perubahan iklim berpengaruh terhadap rasio jenis kelamin bayi yang dilahirkan.
"Ada kecenderungan di sejumlah negara terhadap rasio jenis kelamin yang kurang biasa membandingkan laki-laki saat lahir," kata Steven Orzack, peneliti senior dari sebuah Institute di Cambridge, Massachusetts.
Proteksi Diri di Musim Penghujan (1)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(FIR)