Iwet Ramadhan, seorang penggiat budaya dan designer batik ternama Indonesia--Medcom.id/Raka Lestari
Iwet Ramadhan, seorang penggiat budaya dan designer batik ternama Indonesia--Medcom.id/Raka Lestari

Anak Muda Disebut hanya Menyukai Batik Motif Tertentu

Rona hari batik nasional
Raka Lestari • 02 Oktober 2019 18:44
Jakarta: Iwet Ramadhan, seorang penggiat budaya dan designer batik ternama Indonesia memberikan pandangannya mengenai kebudayan batik di kalangan generasi muda. Menurutnya, batik di kalangan anak muda merupakan permasalahan yang belum bisa dipecahkan.
 
"Permasalahannya adalah bagaimana membuat batik ini menjadi relevan bagi anak muda? Karena kalau melihat batik jenis sogan misalnya, sudah pasti mereka tidak mau pakai,” ujar Iwet  dalam acara peluncuran Botol dan Feeding Set Motif Batik dari Pigeon, di kawasan Jakarta Selatan, Rabu, 2 Oktober 2019.
 
Anak muda saat ini menurut Iwet lebih menyukai batik yang hanya memiliki satu motif. “Dan syukur alhamdulillah  sekarang juga sudah ada beberapa designer yang bisa membuat batik yang lebih relevan bagi anak-anak muda. Walaupun memang harganya masih tidak murah,” terangnya.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Salah satu permasalahan batik yang disukai anak-anak muda harganya yang tidak murah. "Aku belum menemukan solusinya. Aku sudah usaha agar harga batik bisa lebih murah. Satu kali celup paling murah harga kainnya saja bisa Rp 600 ribu. Itu belum sama biaya jahit, begitu dijual harganya minimal satu juta. Ini yang mungkin “tidak masuk” bagi anak muda,” ujar Iwet.
 
Sementara anak muda mungkin berpikirnya, yang penting pakai baju saja. Permasalahan ini yang perlu dicari apakah mungkin harga kainnya bisa lebih murah nantinya. "Karena sampai sekarang kain primisima saja masih harus impor,” paparnya.
 
Menurut Iwet, untuk bisa membuat anak muda menyukai pakai batik ada dua hal yang harus diperhatikan. Pertama itu harus relevan dengan mereka atau tidak kuno. Dan yang kedua harganya terjangkau.
 
"Oke sekarang masalah tidak kuno sudah terpecahkan, tapi memang tidak bisa murah. Akhirnya anak muda beli batik yang memang jenis print, dan umumnya kalau batik jenis print yang diuntungkan adalah industri besar dan bukan perajin-perajin kecil ini,” tutup Iwet.
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(YDH)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif