Saat ditemui di kawasan Epicentrum Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (1/12/2014), Nadine terlihat anggun dengan balutan kain tenun dari Nusa Tenggara Timur (NTT).
"Untuk jadi kain Sumba ini, pengerjaannya enam bulan. Saya tidak menyangka kalau dijualnya ternyata murah sekali. Padahal pengerjaannya susah," ulas Nadine menceritakan asal-usul pakaian yang dikenakannya.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Menurut kakak Marcel dan Mischa Chandrawinata itu, kain tenun Sumba memiliki filosofi tinggi, sehingga para penenun tidak sembarangan menjualnya.
"Saya tahu mereka (penenun) enggak gampang untuk melepas kain mereka ke orang yang mau beli. Kalau auranya jelek, itu pasti ketahuan, dan mereka enggak akan melepas. Mereka bisa lihat kita transparan, apalagi sebagai pendatang," jelas Nadine.
Karena begitu spesialnya kain tenun asal Indonesia Timur itu di mata Nadine, dia selalu menjaga dan merawatnya dengan baik. Bahkan, bintang film "Danau Hitam" itu tidak pernah menjual, atau mengubah bentuk asli kain yang dia peroleh.
"Kain yang saya beli atau yang diberikan kepada saya itu tidak pernah saya jual lagi. Saya tidak pernah memotong kain itu. Soalnya, saya tahu membuatnya enggak gampang. Kebanyakan kalau ada acara penting, kainnya saya buat jadi rok atau dress dan cuma saya ikat atau peniti saja," kata Nadine.
Dari semua koleksi kain tradisional yang dimiliki, Nadine memiliki satu yang menurutnya paling susah didapatkan, yaitu kain dari Kerajaan Rende.
"Kemarin baru dari Sumba dan dapat kain dari Kerajaan Rende. Sudah berapa puluh tahun usia kainnya, si pengrajin itu buatnya pakai benang sutra Belanda. Itu koleksi yang paling susah didapat," ungkap Nadine.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(ROS)