Ayat pertama yang dibahas, yaitu ayat 85 berisikan proses alam semesta dan hari akhir, serta seruan untuk memaafkan dengan cara yang baik. "Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, melainkan dengan benar. Dan sesungguhnya saat (kiamat) itu pasti akan datang, maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik."
Alam raya ini tidak diciptakan untuk permainan, melainkan ada tujuannya. Setiap mahluk diciptakan oleh Allah SWT untuk tujuan yang benar. Kita mengabdi kepada Allah dan memberi kemakmuran kepada dunia atas dasar pengabdian. Setiap hal yang kita lakukan haruslah memiliki tujuan yang benar.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Manusia yang telah diberikan potensi oleh Allah SWT harus diamalkan untuk kebenaran, meski beberapa diantara manusia mengamalkannya dengan jalan yang keliru. Untuk itulah Allah menetapkan kepastian akan datangnya hari kiamat dan menyeru kepada manusia untuk memaafkan dengan cara yang baik.
Tujuannya, apabila seseorang diperlakukan dengan kurang baik, maka orang tersebut tentu berhak membalas dengan setimpal. Kendati demikian, dalam Qur’an Surat Al Hijr ayat 86 berfirman; "Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah Yang Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui."
Maksud ayat tersebut ialah, dengan mengimani bahwa Allah SWT maha pencipta dan maha mengetahui, manusia yang merasa sakit hati bisa berlapang dada karena keyakinan bahwasannya keadilan akan tetap diperolehnya kalaupun bukan di dunia maka kelak diakhirat sang Maha Pencipta dan Maha Mengetahui tentu akan mengentaskan persoalan setiap manusia.
Dalam ayat selanjutnya, yakni Quran Surat Al Hijr ayat 87, Allah SWT berfirman; "Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al Quran yang agung."
Para penafsir merujuk tujuh ayat yang dimaksudkan di sini ialah QS Al-Fatihah, yang menjadi surat pembuka Al Quran dan terdiri atas tujuh ayat. Surat tersebut dibaca berulang-ulang pada tiap dua rakaat pertama dalam shalat.
Para alim ulama mengungkap; "Tidak ada sesuatu yang diturunkan kepada nabi Muhammad yang lebih mulia dari surat Al-Fatihah, karenanya surat tersebut mutlak dibaca berkali-kali." Hal tersebut diungkap para alim ulama mengingat keutamaan makna yang terkandung dalam surat tersebut yakni kebesaran Allah.
Karenanya, dengan Allah menurunkan ayat-ayatnya, Allah berpesan dalam ayat selanjutnya yakni QS Al-Hijr ayat 88 hingga 90; "Janganlah sekali-kali kamu menujukan pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka (orang-orang kafir itu), dan janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman. Dan katakanlah: Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan. Sebagaimana (Kami telah memberi peringatan), Kami telah menurunkan (azab) kepada orang-orang yang membagi-bagi (Kitab Allah)."
Pesan Allah SWT tersebut ditafsirkan oleh penafsir Al Quran, Quraish Shihab sebagai peringatan kepada nabi Muhammad SAW agar tidak tergiur oleh kenikmatan yang dilimpahkan Allah SWT kepada kaum yang lalai. "Jangan berlebihan memandang kenikmatan yang diberikan kepada orang lain, jangan wahai Muhammad SAW, kamu sudah dapat banyak. Jangan kenikmatan duniawi, perhiasan-perhiasan yang diperoleh orang-orang yang tidak beragama dengan baik ini menggiurkan kamu sehingga matamu terbelalak melihat kesana," ujar Quraish.
Kendati demikian, Allah SWT tidak pernah melarang manusia untuk bersenang-senang di dunia. Dalam ayat lain, Ia pernah memerintahkan manusia untuk mencari kesenangan dunia untuk bekal di akhirat. Makna pesan Allah ini dimaksudkan agar manusia tidak terlena pada kenikmatan tersebut, sebab Allah SWT hanya menyampaikan peringatan. Bukan memaksa manusia untuk beriman. Sesungguhnya Allah SWT telah menyiapkan azab bagi manusia yang membagi-bagi kitabnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (JCO)