“Secara psikologis, orang puasa ada syndrome balas dendam saat sorenya. Jadi ingin makan apa saja. Betul makannya jadi lebih sedikit, tapi camilannya jadi lebih banyak,” kata perencana keuangan, Mike Rini.
Agar pengeluaran saat Ramadan lebih teratur, Mike mengatakan bisa dengan banyak cara. Pertama, belanja makanan sesuai kebutuhan finansial; kedua, belanja sesuai kebutuhan; ketiga, memasak sesuai kebutuhan keluarga; dan keempat, manfaatkan sisa makanan saat buka puasa untuk sahur.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Sementara itu, perencena keuangan Prita Ghozie Hapsari menyampaikan yang harus diperhatikan saat Ramadan adalah pengeluaran yang sifatnya rutin dan tidak rutin.
Pengeluaran rutin seperti biaya makan, listrik atau transfortasi. Sedangan yang tidak rutin seperti membayar zakat dan tunjangan hari raya untuk keluarga.
“Gaji kita harusnya untuk yang pengeluaran rutin. Sayangnya, banyak orang berpikir saat Ramadan akan mendapatkan penghasilan lebih besar dari gaji dan THR, akhirnya merasa berhak punya pengeluaran yang besar. Padahal, THR itu sudah ada peruntukannya. Banyak kejadian setelah lebaran malah gigit jari,” paparnya.
Bagaimana menyiasatinya? Saat ini, tidak semua harga kebutuhan sehari-hari naik, ada juga yang turun. Yang harus diperhatikan adalah mengatur menu sesuai kesukaan rumah tangga agar tidak banyak sisa.
“Problemnya menu tidak diatur, belanja banyak akhirnya busuk. Kalau dimasak pun tidak dinikmati karena anggota keluarga tidak begitu menyukai,” terangnya.
Kemudian, mengatur makanan prioritas saat sahur, berbuka atau makan malam. “Karena setiap orang prioritasnya berbeda-beda. Jangan tiga-tiganya banyak,” pungkasnya. (Metro TV)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (TRK)