JUMAT, 9 Juni 2017. Pada hari ke-14 Ramadan 1438 H itu penulis tiba di Pelabuhan Macau tepat pukul 23.30. Macau pernah menjadi daerah jajahan Portugal pada abad 16, sebelum kemudian dikembalikan kepada Republik Rakyat China (RRC) pada 20 Desember 1999. Macau, tercatat sebagai salah satu daerah administratif Khusus di bawah prinsip "satu Negara, dua sistem" selayaknya Hongkong.
Daerah Macau terletak di tepi barat Sungai Pearl Delta di Selatan Provinsi Guangdong, China. Ia berseberangan dengan Kota Daratan Zhuhai dan terletak sekitar 60 kilometer di sebelah timur Hongkong.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Lantaran pernah dijajah Portugis, arsitektur kota, seni, agama, tradisi, makanan dan budaya masyarakat Macau diperkaya unsur China, Barat dan Portugal.
Saat dijajah Portugis, Macau dijadikan ikon kasino dan kota judi dunia. Persis seperti Las Vegas di Amerika Serikat (AS) dan Genting di Malaysia.
Ketika pertama kali mendarat di pelabuhan Macau, terlihat dari jauh suasana kota dengan gemerlap lampu yang begitu eksotis dan seksi. Hampir semua gedung megah tertulis Casino.
Namun siapa duga, di balik kemegahan dan gemerlapnya judi di Macau ternyata ada cahaya Islam yang bersinar cukup terang. Di kota itu, ada banyak majelis Islam yang bertebaran. Sebut saja, Majelis Taklim Indonesia-Macau (Matim) yang diinisiasi sebuah organisasi buruh migran Indonesia di bawah binaan Dompet Dhuafa.
Kegiatan Matim kian aktif sejak memasuki Ramadan. Selain menggelar salat tarawih berjamaah, ceramah, dan jemaah Subuh, rutin juga diselenggarakan kajian Islam berupa Pesantren Ramadan (Penram).
Penram dilaksanakan di Macau Mosque and Muslim Cemetry, Ramal Dos Maros. Ramal Dos Maros merupakan satu-satunya kawasan masjid di Macau dengan dilengkapi pemakaman muslim di sekitarnya.
Meski sederhana dalam segi bangunan, keberadaan masjid ini layak mendapat apresiasi atas kebijakan otonomi khusus yang diberikan pemerintah setempat kepada umat Islam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (SBH)