Ketika pertama dibangun tahun 1704, masjid ini hanyalah sebuah langgar atau musala kecil. Seiring perkembangan zaman, masjid ini terus diperluas hingga memiliki luas 3.200 m2 dan mampu menampung hingga 5.200 jemaah.
Di tahun 1904, langgar tersebut mengalami pemugaran besar-besaran dan kondisinya terus dipertahankan hingga saat ini.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Info yang beredar memang itu dulunya langgar di abad ke-18. Data lengkapnya ada di arsip nasional," kata Rudi, Sekretariat Masjid Jami Al-Ma'mur, kepada Metrotvnews.com di Jakarta Pusat, Selasa 6 Juni 2017.
Menurut Rudi, setiap hari masjid ini ramai dikunjungi masyarakat, baik warga sekitar maupun para pedagang sekitar Pasar Tanah Abang. Terlebih di bulan Ramadan seperti sekarang.

Mimbar Masjid Al-Ma'mur Tanah Abang, Jakarta Pusat. Foto: Metrotvnews.com/Lis Pratiwi
Masjid ini memiliki gaya bangunan menyerupai arsitektur masjid di Timur Tengah, namun dengan sentuhan yang cukup modern. Kubahnya berwarna hijau serupa warna yang mendominasi bagian luar masjid.
Memasuki halaman masjid, pengunjung akan disambut dua menara kembar yang mengapit pintu masuk utama. Menara telah ada sejak awal dan menjadi ciri khas masjid ini.
"Terutama menara di depan namanya menara kembar itu menjadi ciri khas," tutur Rudi.
Berbeda dari masjid kebanyakan yang memiliki hiasan kaligrafi di bagian dalam, kaligrafi di Masjid Jami Al-Ma'mur Tanah Abang justru mendominasi bagian depan.
Kesan klasik sangat terasa di bagian dalam dengan interior polos dan tak banyak ornamen. Yang menarik, terdapat puluhan lampu neon digantung sebagai penerangan sekaligus penghias bagian dalam masjid.

Interior dalam Masjid Al-Ma'mur Tanah Abang, Jakarta Pusat. Foto: Metrotvnews.com/Lis Pratiwi
Suasana teduh pun langsung terasa memasuki bagian dalam masjid yang didominasi warna putih. Sementara tiang penyangga berwarna hijau tampak kontras dengan hamparan karpet merah sebagai alas salat.
Di bagian atap, gypsum putih tersusun rapi dihiasi puluhan kipas angin dan enam lampu gantung. Sementara pintu dan jendela berwarna hijau dengan gaya arsitektur abad ke-18 jadi penanda masjid ini memiliki nilai historis tinggi.
Mimbar dan mihrab masjid ini pun memiliki sejarahnya tersendiri. Mimbar berwarna krem dengan hiasan keemasan ini telah ada sejak awal masjid berdiri.
"Mimbar itu seratus tahun lebih usianya, dari Jawa Timur, sekarang masih tetap baik kondisinya," tambah Rudi.

Jemaah Masjid Al-Ma'mur Tanah Abang, Jakarta Pusat tengah bersiap melaksanakan salat Zuhur berjemaah. Foto: Metrotvnews.com/Lis Pratiwi
Kendati masjid ini dikepung para pedagang dan lalu lalang kendaraan di luar pagar, ketika berada di dalam suasana langsung berbeda. Ruang lapang ini pun tak pelak menjadi tempat beristirahat warga sekitar Tanah Abang.
"Itu yang luar biasa dari masjid kita. Karena sebising apa pun di luar, begitu masuk ke dalam langsung beda suasana," jelas Rudi.
Di bulan Ramadan, Rudi menerangkan, setiap hari Masjid Jami Al-Ma'mur mengadakan buka puasa bersama bagi jamaahnya. Ditambah dengan sajian ceramah usai salat beberapa kali seminggu.
"Di bulan Ramadan kultum sehabis salat Zuhur kita tambah jadi tiga kali seminggu," kata Rudi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (MBM)
