Berita tentang informasi Ramadan 2024 terkini dan terlengkap

Penjual buah di salah satu sudut Suriname/Dompet Dhuafa/Ismail Hasan
Penjual buah di salah satu sudut Suriname/Dompet Dhuafa/Ismail Hasan

Ramadan Rasa Jawa di Suriname

13 Juni 2017 16:57
Oleh:Ismail Hasan, Dai Ambassador CORDOFA 2017 untuk Suriname
 
ALHAMDULILLAH, Ramadan kali ini penulis mendapat mandat dari Corps Dai Dompet Dhuafa untuk berdakwah di Suriname.
 
Suriname, sebuah negara bekas jajahan belanda yang sedikit demi sedikit mampu melepaskan diri dari cengkeraman negeri kincir angin itu. Walau terkesan lambat, namun patut diacungi jempol. Mereka ingin kemerdekaan yang utuh seperti yang dirasakan Indonesia.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Perjalanan menuju Suriname membutuhkan fisik yang kuat. Sekira butuh 24 jam naik pesawat dan 6 jam transit di dua Negara, Malaysia dan Belanda.
 
Siang jadi malam dan malam jadi siang. Perbedaan waktu dengan Indonesia adalah 10 jam lebih lambat. Artinya, jika Indonesia pukul 17.00 sore, maka di Suriname tepat jam 7 pagi.
 
Dalam kesempatan wawancara, Kedubes KBRI Sutikno mengatakan, kerukunan multi etnis dan multi ras di Suriname begitu indah. Bayangkan, ketika orang Suriname yang memiliki nenek moyang Jawa bisa berbicara dengan bahasa Mandarin, sementara temannya yang beretnis India menimpali dengan bahasa Jawa. Belum tuntas, perbincangan makin unik ketika satu temannya lagi yang Tiongkok menjawabi dengan menggunakan bahasa Urdu.
 
Tak ada kromo inggil
 
Bahasa Jawa di tengah masyarakat Suriname sudah mulai bergeser ke pemakaian bahasa 'ngoko'. Penggunaan kromo inggil agak berkurang.
 
Jadi, jika ada warga Indonesia berkunjung ke Suriname dan mengajaknya berbincang dalam bahasa Indonesia, maka tidak ada yang bisa memahaminya. Tapi, jika mau mengalah dan mengajak bicara menggunakan bahasa Jawa ngoko, mereka sangat senang dan paham.
 
Suriname memiliki 15 provinsi yang diisi sejuta penduduk gabungan ras Afrika, India, Jawa, Belanda dan China. Orang Jawa menempati ranking ke-3 dari jumlah total penduduk yang ada.
 
Bahasa resmi yang digunakan adalah bahasa Belanda dan Taki-Taki. Taki-Taki merupakan bahasa plesetan atau pasaran Inggris dan Belanda yang dibaca secara suka-suka. Ambil contoh, tomorrow dibaca tamara, far yang artinya jauh ditulis dan dibaca fara dan lain sebagainya.
 
Bahasa Jawa ngoko juga menjadi bahasa yang membumi di negara ini. Mereka tentu mewarisi dari pengaruh yang ditinggalkan para nenek moyang yang berasal dari Indonesia.
 
Di suriname ada satu daerah yang disebut Mango, tempat pabrik tebu yang sudah tidak dihuni. Sekarang, dibangun rumah dari kayu-kayu yang ditata rapi. Ada juga satu gereja bertingkat. Lokasi ini menjadi tempat wisata yang dikenal dengan sebutan Gereja Katedral.
 
Ramadan Rasa Jawa di Suriname
Gereja Katerdral Suriname
 
Di Suriname, keturunan Jawa amat mandiri. Bahkan ada pula yang bisa masuk ke kelas menengah ke atas. Mereka menjadi pemegang saham dua bank terbesar.
 
Hidayah dan cerita lucu
 
Pengusaha keturunan Jawa kebanyakan berbisnis di bidang pertanian dengan komoditas padi. Tapi, itupun hanya cukup untuk menghidupi kebutuhan lokal, dan tidak sampai diekspor keluar negeri.
 
Di salah satu distrik yang disebut Keneri, ada juga perkebunan pisang yang luas. Pisang itu diekspor ke Eropa dan menjadi komoditi terbesar dari Suriname.
 
Sabtu sore, penulis berkesempatan menjadi saksi pengucapan sahadat oleh seseorang yang kini diberi nama Muhammad Ramadhan. Baru beberapa jam prosesi usai, ada lagi seorang pemuda Suriname yang ingin memeluk Islam.
 
Pendiri Nurusshobri Center, Sobari, menuntun keduanya menjemput hidayah Allah SWT.
 
Dalam kesempatan berikutnya, penulis mengunjungi wilayah Javaweg. Ketika sampai di lokasi azan Magrib berkumandang. Setelah berbuka, saya pun diminta menjadi imam untuk salat Magrib, Isya, dan tarawih.
 
Sebuah pengalaman lucu mengiringi perjalanan penulis. Sekali waktu saya menyebut mobil untuk kendara yang saya tunggangi, tapi dalam pengertian mereka 'mobil' adalah telepon genggam.
 
Mereka, lebih lazim menyebut mobil dengan istilah 'montor'. Montor berbeda dengan motor yang oleh warga setempat diucapkan untuk penyebutan sepeda motor.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(SBH)
LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif