Lokasi masjid di Kelurahan Sukasari, tepatnya di sebelah timur bantaran Sungai Cisadane. Dekat permukiman warga etnis Tionghoa.
Akses menuju masjid cukup mudah karena berjarak sekitar 700 meter dari Stasiun Tangerang. Sementara dari Kawasan Pasar Lama pengunjung tinggal lurus dan menyusuri Jalan Kali Pasir untuk mencapainya.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Dari luar, nuansa Tionghoa begitu kental. Dari kejauhan, pengunjung bisa melihat menara masjid berbentuk pagoda. Berbeda dari bangunan masjid yang berusia lebih 400 tahun, menara ini baru dibangun pada taun 1904.
"Jadi pada waktu ada renovasi tahun 1904 menara ini baru dibuat," ujar Dewan Penasihat Masjid Jami Kali Pasir, Achmad Sjairodji di Tangerang, Rabu 7 Juni 2017.
Sisi lain yang memperkuat nuansa Tionghoa adalah dominasi warna kuning dan hijau pada bangunan masjid. Hal ini terlihat mulai dari dinding luar hingga beberapa jendela dan ornamen lainnya.
Di bagian depan, masjid dihias dengan keramik kuning muda dan sisi lainnya diberi cat warna hijau. Keempat sisinya dihiasi beberapa jendela dan pintu-pintu berkaca.

Mihrab Masjid Jami' Kali Pasir Tangerang posisinya miring sejak awal pembuatannya. Foto: Metrotvnews.com/Lis Pratiwi
Memasuki bagian dalam, nuansa putih mendominasi. Keramik putih menghias mulai dari lantai hingga seluruh dinding. Di bagian atap, warna putih kembali jadi pilihan. Nuansa klasik ini memberi keteduhan dan kian memaknai nilai sejarah Masjid Kali Pasir.
Bagian atap dihias pula dengan garis hijau yang senada dengan hiasan kaligrafi di beberapa bagian dinding. Di tengah ada empat tiang dari kayu jati yang seusia masjid ini.
Uniknya, masjid ini memiliki saf salat yang miring sebab posisi masjid tidak menghadap ke arah kiblat. Menurut Sjairodji, mihrab masjid tetap dibangun mengikuti posisi kiblat.
"Jadi kalau orang dulu itu bangun masjid mengikuti kondisi tanah yang ada, baru tentuin kiblat," kata Sjairodji.
Saat ini, kondisi masjid sudah mengalami banyak perubahan. Hanya tersisa dua sisi arsitektur yang masih dipertahankan sejak ratusan tahun lalu, yakni empat tiang penyangga dan kubah kecil bernuansa Tionghoa.
Sjairodji mengatakan ada kejadian unik pada tiang penyangga tersebut. Di tahun 2000, pengurus masjid menemukan ternyata salah satu tiang sudah tidak menyentuh bumi.
"Sekitar 10-15 cm di atas tanah. Akhirnya direnovasi untuk mencegah kejadian yang tak diinginkan," katanya.

Empat tiang penyangga Masjid Jami' Kali Pasir Tangerang masih kokoh dan belum diganti sejak berdirinya masjid tersebut. Foto: Metrotvnews.com/Lis Pratiwi
Renovasi dilakukan dengan menambah empat besi berwarna keemasan pada masing-masing tiang utama dan memberi bantalan semen sebagai alas.
Sjairodji menjelaskan, Masjid Kali Pasir berukuran 16x18 meter atau sekitar 288 meter persegi. Tak terlalu luas. Namun, catatan sejarah dan perjalanan 413 tahun membuat masjid ini layak dijadikan salah satu lokasi wisata religi, terutama saat bulan Ramadan.
Salah satunya dilakukan oleh Eddy Suhaedi Masnen, warga Desa Telaga, Kecamatan Cikupa, Tangerang. Kendati tinggal di kota berbeda, Eddy sengaja datang ke Masjid Kali Pasir untuk salat berjamaah dan ziarah ke makam di dekatnya.
"Kemarin saya lihat informasi masjid ini di berita terus hari ini saya sengaja datang," kata Eddy saat berbincang dengan Metrotvnews.com.
Eddy yang sejak kecil memang telah dikenalkan dengan tempat-tempat bersejarah tampak kagum dengan keberadaan masjid. "Ini kan masjid sudah berusia lebih 400 tahun, yang tertua katanya. Tapi Alhamdulillah kondisinya masih bagus," jelas Eddy.
Arsitektur masjid yang bernuansa Tionghoa ditambah lokasinya yang dekat Klenteng Boem Tek Bio, menurut Eddy, menjadi bukti budaya masyarakat yang saling menghargai.
"Menaranya juga mirip pagoda, berarti memang toleransi beragamanya tinggi di sini," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (MBM)
