Cerita ini berlaku turun temurun. Salah satu pengrajin ketan bintul, Udin, 67, mengatakan makanan itu sudah digemari sejak abad ke-15 di massa kepemimpinan Sultan Maulana Hasanudin.
"Memang banyak yang cerita seperti itu," kata Udin, saat ditemui di kediamannya di Kampung Pekarungan, Desa Kagungan, Kota Serang, Rabu, 07 Juni 2017.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Ketan bintul biasa disantap menggunakan serundeng ataupun daging rendang. Bisa juga dengan opor ayam yang dijual sebagai pilihan lauk oleh pedagang.
Udin sudah akrab dengan teknis pembuatan ketan bintul selama 30 tahun. Ia bersama 12 pegawai memulai memasak ketan bintul sejak pukul 23.00 WIB dengan bahan 12 kuintal ketan dan satu kuintal daging sapi.
Satu porsi ketan bintul ia banderol seharga Rp15 ribu. Udin menjajakannya sejak pukul 14.00 WIB.
Setelah selesai dimasak, ketan ditumbuk selagi hangat agar mudah dan tak mengeras. Penumbukan dilakukan secara terus menerus hingga waktu zuhur dengan menggunakan lesung kayu hingga menjadi kental.
"Setelah selesai, ketan dipotong segi empat dan dibungkus memakai daun pisang," kata Udin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (SBH)
