Berita tentang informasi Ramadan 2024 terkini dan terlengkap

ILUSTRASI: Santri melihat posisi hilal untuk menentukan awal Ramadan dengan menggunakan teleskop di Pondok Pesantren Assalam, Pabelan, Sukoharjo, Jawa Tengah, Minggu (5/5/2019)/ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha.
ILUSTRASI: Santri melihat posisi hilal untuk menentukan awal Ramadan dengan menggunakan teleskop di Pondok Pesantren Assalam, Pabelan, Sukoharjo, Jawa Tengah, Minggu (5/5/2019)/ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha.

Sidang Isbat dari Masa ke Masa

Sobih AW Adnan • 03 Juni 2019 16:00
Jakarta:Petang ini, Senin 3 Juni 2019, perhatian publik tertuju pada kegiatan Kementerian Agama (Kemenag) RI melalui siaran televisi. Masyarakat amat menanti keputusan pemerintah terkait penentuan hari Lebaran, 1 Syawal 1440 H.
 
Sidang isbat, rapat besar ini bukan sesuatu yang baru. Di Indonesia, bahkan sudah diberlakukan seiring dibentuknya Departemen Agama RI pada 3 Januari 1946. Tanggung jawab Kemenag ini kemudian diperkuat dengan penerbitan PP Tahun 1946 No.2/Um.7/Um.9/Um.
 
Majelis isbat mencakup keterwakilan pemerintah, tokoh Islam, ahli astronomi dan utusan berbagai ormas Islam. Baru pada 2013, perwakilan negara-negara sahabat turut dihadirkan sebagai saksi.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Agenda penting dalam sidang isbat bukan cuma soal Lebaran. Seyogianya, musyawarah juga digelar untuk menetapkan 1 Ramadan sebagai awal hari kewajiban berpuasa, serta 10 Zulhijah atau Hari Raya Iduladha.

Awalnya, sidang isbat dilakukan sederhana. Pada 1950, proses itu cuma didasarkan fatwa ulama tentang hak dan tanggung jawab negara dalam penentuan hari-hari besar. Untuk menyempurnakan kegiatan, pada 1972 Kemenag membentuk Badan Hisab Rukyat (BHR) sebagai penanggung jawab sekaligus penyelenggara.


Pelaksanaan sidang isbat di Indonesia kian penting lantaran tidak setiap ormas Islam memakai metode yang sama. Ihwal ini, ada dua istilah yang paling dikenal, hisab dan rukyat.
 
"Hampir setiap organisasi masyarakat, termasuk Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah selalu mengeluarkan ketetapannya walaupun dalam kemasan bahasa yang lain, seperti fatwa dan ikhbar," tulis Susiknan Azhari dalam Ensiklopedi Hisab Rukyat (2005).
 
Dalam Fiqih Hisab Rukyah (2007), Ahmad Izzuddin menyederhanakan definisi perbedaan dari dua metodologi penentuan awal bulan itu.
 
"NU menjadikan acuan rukyat al hilal atau istikmal. Metode ini dilakukan dengan cara mengamati visibilitas hilal (newmoon)," tulis dia.
 
Sementara Muhammadiyah melalui Majelis Tarjihnya menggunakan metode wujud al hilal atau hisab. Pendekatan tersebut menetapkan jatuhnya awal Ramadan dengan menghitung posisi bumi terhadap matahari dan bulan secara matematis dan astronomis.
 
"Dalam wacana fikih hisab rukyat di Indonesia, NU secara institusi dianggap sebagai simbol mazhab rukyah, sedangkan Muhammadiyah mazhab hisab," tulis Izzuddin.
 
Meski begitu, NU dan Muhammadiyah di sepanjang sejarahnya tidak saling memaksa dan menyalahkan. Keduanya meyakini kemaslahatan dari setiap metode yang mereka tempuh masing-masing.
 
Prinsip ini, oleh NU dicantumkan dalam Keputusan Munas Ulama 18-21 Desember 1983 di Situbondo, Jawa Timur.
 
"Hisab untuk menetapkan awal Ramadan hanya boleh bagi ahli hisab itu sendiri dan orang-orang yang memercayainya."
 
Sidang isbat adalah bagian dari ikhtiar pemerintah sebagai penengah. Pernah pula muncul wacana penyatuan dua metode ini melalui istilah imkan ar rukyat. Tapi, gagasan itu sudah lama tak lagi bergaung.
 

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(SBH)
LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif