Berita tentang informasi Ramadan 2024 terkini dan terlengkap

 Para imam Masjid Niujie memimpin doa saat berbuka puasa di halaman masjid tertua dan terbesar di Beijing, China, Sabtu 10 Juni 2017. Antara Foto/M Irfan Ilmie/kye/17
Para imam Masjid Niujie memimpin doa saat berbuka puasa di halaman masjid tertua dan terbesar di Beijing, China, Sabtu 10 Juni 2017. Antara Foto/M Irfan Ilmie/kye/17

Menuju Kesempurnaan Puasa

12 Juni 2017 13:56
Oleh: Muhammad Syahid Joban, dai ambassador Dompet Dhuafa penugasan Korea Selatan
 
PUASA sesungguhnya tidak sekadar menahan diri dari makan, minum, dan hubungan suami istri pada siang hari. Di atas semua itu, puasa adalah upaya menahan anggota badan dari perbuatan dosa.
 
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, "Bukanlah puasa hanya menahan makan dan minum tetapi sesungguhnya puasa juga menahan dari perbuatan sia-sia dan berkata kotor." (HR. Ahmad)

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Hadits di atas mengisyaratkan agar kualitas puasa kita tidak hanya puasa lahir. Namun, kualitas puasa kita hendaknya seperti puasa orang-orang saleh yang kesempurnaanya bisa diwujudkan dengan enam perkara.
 
Pertama, menundukkan pandangan dari hal-hal yang diharamkan Allah SWT. "Pandangan itu adalah salah satu anak panah beracun di antara anak panah iblis yang dilaknat Allah. Barang siapa yang meninggalkan pandangan tersebut karena takut kepada Allah, maka Allah akan memberinya iman yang akan dia dapati kelezatannya dalam hatinya." (HR. Al Hakim)
 
Kedua, menjaga lisan dari perkataan yang diharamkan, menjaga lisan dari bualan, dusta, ghibah, gunjingan, perkataan keji, kasar, pertengkaran, dan perdebadatan. Kemudian mengendalikannya dengan diam, menyibukannya dengan zikir dan membaca Alquran. Inilah yang disebut puasa lisan.
 
Nabi SAW bersabda, "Puasa itu adalah perisai. Oleh karena itu, jika salah seorang di antara kalian berpuasa, maka janganlah dia berkata-kata kotor dan tidak juga berlaku bodoh. Jika ada orang yang memerangi atau mencacinya, maka hendaklah dia mengatakan, Sesungguhnya aku sedang berpuasa." (HR. Bukhari & Muslim)
 
Sufyan Atsauri berkata, "Ghibah dapat merusak puasa”. Mujahid berkata, “Dua hal dapat merusak puasa: ghibah dan dusta.”
 
Ketiga, menahan pendengaran dari hal-hal yang diharamkan. Setiap yang diharamkan untuk dikatakan, berarti diharamkan pula untuk didengarkan.
 
Oleh sebab itu, Allah SWT menyamakan orang yang mendengarkan kebohongan dan orang yang memakan barang yang haram. Seperti firman Allah SWT, "Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram." (Al Maidah: 42)
 
Jadi kita dilarang mendengarkan perkataan kotor, tercela, dan haram. Terutama pada saat kita menjalankan ibadah puasa. Karena semua ini dapat menggugurkan pahala puasa dan melipatgandakan dosa.
 
Keempat, menahan anggota badan dari berbagai dosa. Misalnya menahan tangan dan kaki dari hal-hal dibenci, menahan perut dari berbagai syubhat pada waktu tidak puasa.
 
Tidak ada artinya kita berpuasa dengan menahan makanan yang halal, sementara kita berbuka puasa dengan makanan yang haram. Orang yang berpuasa seperti ini laksana orang membangun istana, tetapi ia menghancurkan seluruh negeri.
 
Nabi bersabda, “Betapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan dari puasanya kecuali lapar dan haus.” (HR. Ibnu Majah)
 
Kelima, tidak memperbanyak makanan pada saat berbuka memenuhi perut, meskipun makanan itu halal. Bagaimana puasa kita bisa berfungsi untuk menundukkan musuh Allah dan mengalahkan syahwat, jika kita pada saat berbuka melahap berbagai macam makanan untuk menganti makanan yang tidak boleh kita makan di siang hari?
 
Tujuan puasa ialah menundukkan hawa nafsu untuk memperkuat jiwa mencapai ketakwaan. Dengan berpuasa, diharapkan kita dapat mengendalikan dan mendayagunakan berbagai potensi yang ada pada diri kita untuk kebaikan.
 
Namun jika kita berbuka puasa secara berlebih-lebihan, kita akan kesulitan untuk merealisasikan tujuan ini.
Esensi dan rahasia puasa ialah melemahkan berbagai kekuatan yang menjadi sarana setan untuk kembali kepada keburukan.
 
Namun hal itu tidak akan tercapai, kecuali dengan pengurangan makanan.
 
Keenam, hendaknya setelah berbuka, hatinya berada di antara cemas dan harap. Sebab kita tidak tahu apakah puasa kita diterima, sehingga termasuk golongan orang yang didekatkan kepada Allah atau ditolak, sehingga termasuk orang-orang dimurkai?
 
Itulah enam perkara yang dapat merealisasikan kesempurnaan ibadah puasa kita. Di mana kita tidak boleh hanya berpuasa dengan anggota badan saja dengan menahan dari makan, minum, dan jimak, sedang anggota badan lainnya tidak ikut berpuasa, karena tetap melakukan dosa.
 
Menuju Kesempurnaan Puasa
 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(TRK)
LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif