Salah satu perihal yang bisa menyebabkan hilangnya pahala puasa adalah gibah atau membicarakan keburukan orang lain. Nabi Muhammad SAW menjelaskan maksud ghibah ini dengan sabdanya :
"(gibah adalah) engkau ceritakan tentang saudaramu, yang sekiranya ia mendengar ia tidak rela"
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Apabila isi gunjingan itu melebihi keadaan yang sebenarnya, atau mengada-ada dengan menambah keburukannya, maka itu disebut Fitnah. Fitnah ini lebih buruk daripada ghibah dan berakibat dosa yang lebih besar.
Baca juga: Wajib Tahu, Ini Hal-Hal yang Membatalkan Puasa Ramadan |
Selain itu, gibah ataupun menggosip sudah menjadi kebiasaan masyarakat. Namun sebetulnya tanpa memandang status sosial dan latar belakangnya, ghibah membuat banyak orang berpotensi terjerumus terhadap bahaya lisan. Seperti diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari, Rasulullah saw bersabda:

Artinya: “Barangsiapa tidak meninggalkan ucapan dan perilaku kotor, maka tidak ada kepentingan bagi Allah atas amalnya meninggalkan makanan atau minuman.” (HR Al-Bukhari).
Selanjutnya, apa yang dimaksud dengan “ucapan kotor” dalam redaksi hadits di atas?
Ulama pakar hadis kenamaan Syekh Ibn Hajar Al-Asqalani (wafat 852 H) mengutip pernyataan Imam Abdurrahman Al-Auza’i (wafat 157 H) menerangkan, di antaranya ialah menggunjing orang lain (ghibah):

Artinya: “Dalam tambahan redaksi sahabat Abu Ubaidah bin Jarrah terdapat isyarat bahwa sesungguhnya perbuatan ghibah dapat membahayakan puasa seseorang. Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Sayyidah Aisyah dan senada dengan pendapat tersebut ialah Imam Al-Auza’i. Ia menyatakan bahwa sesungguhnya ghibah dapat membatalkan puasa dan mengharuskan untuk menqadha-nya pada hari itu juga.” (Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bari Syarhu Shahihil Bukhari, [Beirut: Dar Al-Ma’rifah], juz IV, halaman 104).
Kesimpulan
Dari beberapa referensi yang telah diuraikan dapat diambil kesimpulan bahwa hukum ghibah ataupun menggosip, menurut tinjauan fiqih dalam kondisi puasa, hukum puasanya tetap sah, hanya saja ia tidak memperoleh pahala ibadah puasa.
Karena itu, hendaknya kita menjadikan bulan Ramadan ini sebagai momentum untuk melatih diri agar mampu untuk menahan hawa nafsu, dengan menjauhi sifat-sifat tercela seperti menggosip, mencela dan berbohong. Sehingga kita dapat mencapai tujuan utama dari pelaksanaan ibadah puasa yakni agar menjadi sosok pribadi yang bertakwa. Wallahu a’lam bis shawab.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (PRI)