Berita tentang informasi Ramadan 2024 terkini dan terlengkap

Ilustrasi/Pixabay
Ilustrasi/Pixabay

Tafsir Al Mishbah: Kebenaran Alquran di Mata Ahli Kitab Terdahulu

Sobih AW Adnan • 21 Juni 2016 16:00
medcom.id, Jakarta: Alquran adalah kitab petunjuk. Ia diturunkan tidak secara sekaligus, melainkan secara berangsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Hikmah berangsurnya proses penurunan wahyu Allah SWT ini adalah agar dapat memberikan peringatan kepada manusia.
 
Dan sesungguhnya telah Kami turunkan berturut-turut perkataan ini (Alquran) kepada mereka agar mereka mendapat pelajaran. (Al-Qashash: 51)
 
"(Juga) walaupun Alquran sekarang sudah tidak turunkan, tetapi masih ada firman-firman Allah SWT yang datang silih berganti. Firman yang dimaksud di sini bukan ayat Alquran, tapi peristiwa yang terjadi di alam raya yang dapat menjadi peringatan buat manusia. Semisal gempa, paceklik, dan lain-lain," kata KH Quraish Shihab dalam Tayangan Tafsir Al Mishbah di Metro TV, Selasa (21/6/2016).

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Dalam kandungan Alquran, Allah SWT menganekaragamkan ayat-ayatNya berupa ancaman, berita gembira, kisah dan lainnya. Kesempurnaan Alquran dalam menyampaikan kebenaran ini mendapatkan tanggapan yang sangat baik bagi sekelompok ahli kitab baik dari golongan pemuka Nasrani dan Yahudi pada masanya.
 
Orang-orang yang telah Kami datangkan kepada mereka Al-Kitab sebelum Alquran, mereka beriman (pula) dengan Al Qur'an itu.
 
Dan apabila dibacakan (Alquran itu) kepada mereka, mereka berkata: "Kami beriman kepadanya; sesungguhnya; Alquran itu adalah suatu kebenaran dari Tuhan kami, sesungguhnya kami sebelumnya adalah orang-orang yang membenarkan(nya). (QS. Al-Qashash 52-53).

 
"Ada orang-orang yang pada masa Nabi dia merupakan penganut Yahudi dan Nasrani tetap mereka percaya Alquran karena di dalamnya mengandung kebenaran," kata Quraish Shihab.
 
Orang-orang ini, salah satunya adalah pemuka Nasrani bernama Waraqah ibn Naufal. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari, Waraqah adalah orang yang kali pertama membenarkan risalah perjumpaan malaikat Jibril Alahi as-Salam dengan Rasulullah Muhammad SAW.
 
Diceritakan Aisyah Radiallahu Anha, “...Nabi kembali kepada Khadijah di saat jantungnya berdetak dengan cepat. Lalu Khadijah membawanya kepada Waraqah bin Naufal, seorang nasarah dan seorang pembaca Injil dalam bahasa Arab. Waraqah bertanya (kepada nabi), 'Apa yang kamu lihat' Di saat nabi menceritakannya, Waraqah menjawab, 'Itu adalah malaikat yang oleh Allah utus kepada Musa. Andai aku masih hidup hingga engkau menerima wahyu, pastilah aku akan mendukungmu sekuat tenaga." (HR. Bukhari)
 
Dari golongan Yahudi, pemuka yang masyhur membenarkan kandungan Alquran dan kenabian Muhammad sebelum akhirnya memeluk Islam, dia adalah Abdullah ibn Salam. Abdullah pernah berkata, "Ketika saya mendengar kabar kehadiran seorang nabi utusan Tuhan (Muhammad). Saya mulai mengumpulkan informasi dan membuat catatan tentang siapa namanya, silsilahnya, sifat-sifatnya, waktu dan tempat asalnya dan kemudian saya mencocokannya dengan apa yang ada dalam kitab suci kami. Dari catatan yang saya buat itu makin menguatkan keyakinan saya tentang bukti otentik kenabiannya sekaligus membenarkan tujuan misinya. Akan tetapi saya menyembunyikan keyakinan saya itu dari orang-orang Yahudi."
 
Di sisi lain, pengakuan yang diberikan Ahli Kitab terhadap kebenaran Alquran dan kenabian Muhammad SAW itu tidak lantas memaksa Allah SWT untuk memberikan petunjukNya.
 
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (QS. Al-Qashash: 56).
 
Riwayat tentang adanya Ahli Kitab yang menghormati kaum muslimin dan Alquran namun mereka masih dalam keyakinannya, maka hal ini menjadi kehendak Tuhan semata.
 
"Ini bisa diterapkan sekarang. Jalan yang paling baik dalam konteks hubungan antarpemeluk agama adalah jangan saling menyalahkan," pesan Quraish Shihab.
 
Sebagaimana yang difirmankan Allah SWT:
 
lakum diinukum waliya diini
 
"Untukmu agamamu, dan untukkulah; agamaku." (QS. Al-Kafirun: 6).

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(SBH)
LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif