Berita tentang informasi Ramadan 2024 terkini dan terlengkap

Umat muslim membaca Alquran di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Kamis 18 Juni 2015. Foto: MI/Ramdani
Umat muslim membaca Alquran di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Kamis 18 Juni 2015. Foto: MI/Ramdani

Ramadan dan Kejernihan Hati

Tri Kurniawan • 19 Juni 2015 14:36
Oleh: Ahmad Shonhaji (Direktur Korps Dai Dompet Dhuafa)
 
ALLAH memberi dua pilihan dalam hidup kepada hamba-Nya, mengambil langkah fujur dan maksiat atau menempuh jalan taqwa dan kebenaran, fa alhamahaa fujuurohaa wa taqwaahaa. Apalagi konteks ayat ini sangat imlpementatif ketika lafadz fujur lebih didahulukan dari lafadz taqwa. Hal ini juga berkaitan dengan dominasi sikap dan perilaku manusia, hawa nafsukah yang dominan atau ketaqwaan yang menghiasi setiap langkah hidupnya.
 
Bahkan seringkali manusia terjebak dengan pilihannya sendiri. Misalnya hasil korupsi yang digunakan seorang anak untuk membahagiakan orangtuanya, pameran kebajikan melalui sedekah yang ditunaikan, kekhusyuan ibadahnya bercampur dengan sifat riya dan ingin dipuji, hasud dan dengki yang dibingkai dengan silaturahim.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Sungguh kenyataan ini masih menjadi prototipe yang ada di masyarakat, mencampurkan antara yang hak dan yang batil. Bukankah peringatan Allah sangat tegas dalam Alquran surat Albaqoroh: 42: “Janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang batil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu sedang kamu mengetahuinya.”
 
Untuk menyehatkan amaliah hamba-Nya dan menghilangkan kerikil dosa yang terus menjerat setiap ibadah, maka Ramadan menjadi media efektif untuk pengendalian diri. Rasulullah memberikan solusi dengan melakukan imunisasi dan sanitasi “hati”.
 
Karena muara setiap amaliah manusia adalah hati. Bila baik hatinya, maka baiklah semua amalnya. Dan sebaliknya bila rusak hatinya maka rusaklah seluruh amalnya. Ketauladanan para sahabat bercermin pada kebeningan dan kejernihan hati Rasulullah.
 
Kepiawaiannya dalam memvisualisasikan ketulusan hati dengan aktualisasi kepada umatnya melahirkan tebaran rahmah dan cinta di antara mereka. Rasa benci berubah menjadi sayang dan sayang bertambah menjadi cinta dan taat.
 
Maka bila di dalam segala aktivitas kita, baik di rumah, kantor, atau ketika melakukan traksaksi bisnis, berkomunkasi dengan orang lain, menegakkan hukum dan keadilan, berbagi peduli dengan sesama berbingkai kebersihan hati, ketulusan dan komitmen meraih ridhoAllah semestinya tidak terjadi lagi kecurangan, korupsi, eksploitasi, manipulasi, sifat iri dan dengki.
 
Dengan banyak belajar dari hati sebaiknya kita dapat mengambil petikan ibroh dalam hidup ini. Ramadan sebagai bulan pengendalian nafsu semestinya menjadi tarbiyatul qulub. Keberkahan dalam hidup, ketenangan jiwa dan kedamaian batin dimulai dari hati yang bersih yang senantiasa dibentengi dengan ruh ilahiyah agar tidak terjerumus ke jurang kehinaan karena memperturutkan hawa nafsu.
 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(TRK)
LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif