Iring-iringan Ratu Kalinyamat beserta pasukannya merupakan rangkaian acara Pesta Baratan. Acara yang rutin digelar setiap tahun pada tanggal 15 bulan Syaban, penanggalan hijriah, untuk menyambut datangnya Ramadan.
Bupati Jepara Ahmad Marzuqi menyampaikan acara ini sudah berlangsung sejak lama. Hanya saja dulu hanya dilakukan anak-anak berjalan mengelilingi kampung dengan membawa lampion.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
“Sekarang karena sudah kami masukkan dalam agenda pariwisata, maka kemasannya diubah agar bisa dinikmati masyarakat,” ujar Marzuqi, Jumat malam (20/5/2016).

Remaja putri antusias mengikuti pesta baratan
Selain berjalan mengelilingi kampung dengan membawa lampion, dahulu kala, dua pekan jelang Ramadan warga menggelar doa bersama di setiap musala atau masjid. Kemudian dilanjutkan makan ketan dan gender bersama.
“Doa dan makan ketan gender masih ada. Secara umum kebiasaan masyarakat dulu masih dipertahankan, hanya saja ditambah dengan kemasan pentas seni dan pawai Ratu Kalinyamat beserta pasukannya,” papar Marzuqi.
Istilah Baratan berasal dari bahasa Arab, yaitu Baroatan. Kata tersebut berarti 'lembaran'. Artinya, pada tanggal 15 Syaban merupakan pergantian lembaran catatan amal perbuatan manusia menjelang Ramadan.
“Lembaran itu habis untuk mencatat amal yang lama diganti dengan yang baru. Ramadan harus diisi dengan berbagai amalan, atau sering sebutan malam nisfu syaban,” kata Marzuqi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (UWA)