Sebaliknya, panggil hujan dipadankan dengan
the art of making wind and rain, ilmu membuat angin dan hujan. Keduanya sama-sama dilakukan dengan gabungan mantra dan sarana.
Ritual menolak hujan juga disebutkan tak cuma monopoli negara terbelakang atau berkembang. Di negara pemimpin teknologi seperti Jepang, ia masih ada.
Untuk menangkal hujan, sebagian rakyat Jepang memercayai boneka putih yang digantung di jendela. Ritual itu disebut teru-teru bozu.
Jadi, buat apa meributkan pawang hujan di GP Indonesia di Sirkuit Mandalika? Bukankah lebih berfaedah jika kita meributkan bagaimana caranya bangsa ini punya pembalap Moto-GP?