Dari jumlah itu, 21,8 persen merupakan anak-anak usia di bawah 18 tahun. Rinciannya, 1.011 laki-laki dan 244 perempuan. Tercatat pula dalam sebulan terakhir 10 warga Palestina ditembak mati tentara Zionis.
Saat Rusia menginvasi Ukraina, Israel juga menyerang orang Palestina secara brutal. Mereka merangsek jemaah yang berkumpul di Masjid Al-Aqsa, Jerusalem, untuk merayakan Isra Mikraj pada 28 Februari. Belasan terluka, 20 orang ditahan.
Akan tetapi, persis seperti yang ditudingkan Barrett, negara-negara Barat bermuka dua. Begitu pula media mereka, bahkan badan olahraga yang seharusnya mengedepankan fair play.
Mereka lantang mengecam Rusia, tapi bungkam kepada Israel. Saya takzim kepada Barrett. Sangat sedikit orang Barat yang berani menyuarakan kebenaran membela Palestina.
Ini sebenarnya bukan masalah Palestina an sich, melainkan lebih pada soal keadilan. Barrett antiketidakadilan. Barrett antiperang. Bukan hanya Palestina, dia menentang invasi Amerika ke Irak pada 2003.
Dia juga mendukung gerakan prodemokrasi di Iran pada 2009. Kiranya Barrett contoh orang Barat yang bermuka satu. Dia punya standar moral yang terang bahwa perang, ketidakadilan, tak dibenarkan.
Tak peduli siapa pun yang melakukan dan di mana pun ia dilakukan. Keadilan merupakan kunci perdamaian. Itulah prinsip Barrett, juga orang-orang yang cinta damai.
Seperti kata Louis Farrakhan bahwa, "Tidak ada perdamaian tanpa keadilan, tidak ada keadilan tanpa kebenaran, dan tidak ada kebenaran kecuali seseorang bangkit untuk mengatakan yang sebenarnya.” Semoga Barrett menyadarkan Barat untuk bersikap lebih adil, lebih jujur, tak lagi munafik, kendati harus jujur diakui harapan itu lebih mendekati utopia karena rasanya bermuka dua sudah menjadi watak mereka.