Pada jajak pendapat terakhir yang diumumkan Desember 2021 oleh Indikator Politik Indonesia, misalnya, KPK terjerembap ke posisi 8. Mereka kalah dari TNI di posisi puncak, lalu Presiden, Polri, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, kejaksaan, dan pengadilan.
Hanya 71% responden yang masih percaya kepada KPK. Tereduksi jauh ketimbang di 2018 yang masih 84,8%. Angka itu terus turun dari tahun ke tahun menjadi 80,5% pada 2019, lalu 73,5% setahun berikutnya.
Hasil survei lain senada bahwa kredibilitas KPK menurun. Menganggap situasi masih normal padahal sejatinya sudah tak normal sulit diterima akal.
Menilai keadaan baik-baik saja padahal sebenarnya tidak baik-baik saja jelas berbahaya. Salah diagnosis pasti salah penyakit, dan ujung-ujungnya salah obat.
Hendak membangkitkan semangat demi memperbaiki citra dengan himne dan mars kiranya salah obat. Terlebih himne dan mars itu buatan keluarga pimpinan KPK. Bukannya sembuh, boleh jadi penyakit akan lebih parah.
Pamor KPK bukan mustahil memburuk. Tingkat kepercayaan publik pun sangat mungkin kian anjlok. Dijamin lebih mujarab jika pimpinan kian gigih memastikan bahwa penindakan yang dilakukan jajarannya tak surut.
Pasti lebih ampuh kalau komisioner memastikan agar tuntutan untuk terdakwa di pengadilan tipikor tak lagi tiga perempat hati, apalagi setengah hati. Saya yakin, hakulyakin, pemulihan citra KPK akan banyak terbantu jika KPK bisa segera menangkap Harun Masiku.
Sudah dua tahun lebih politikus PDIP itu buron. Butuh waktu berapa lama lagi, perlu tambahan amunisi apa lagi, untuk dapat menangkapnya?
Memberantas korupsi tak perlu sensasi, apalagi kontroversi. Yang diperlukan ialah tekad dan kemauan sepenuh hati.