foto: Antara
foto: Antara ()

Ajakan Presiden Jokowi di KAA

24 April 2015 16:59
Hikmahanto Juwana, Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia
 
PRESIDEN Jokowi dalam pidato pembukaan konferensi KAA di Jakarta mengajak negara-negara di Asia Afrika untuk tiga hal.
 
Pertama, mengajak PBB direformasi mengingat keberadaan PBB tidak mencerminkan keuniversalannya.
Memang PBB didirikan dan didominasi negara-negara pemenang perang. Itu tecermin pada Dewan Keamanan PBB yang anggota tetapnya tidak ada Jepang atau Jerman yang kalah dalam Perang Dunia Kedua.
 
Padahal, Jepang dan Jerman telah menjadi kekuatan dunia sebanding dengan Prancis dan Inggris. Di samping itu, secara kawasan, anggota Dewan Keamanan PBB sangat timpang karena Asia hanya diwakili Tiongkok, sedangkan Benua Afrika sama sekali tidak terwakili. Ini janggal karena konflik yang dapat mengancam perdamaian dunia muncul di Benua Asia dan Afrika. Apakah DK PBB dapat diharapkan memberi solusi yang adil dan efektif bila konflik di Asia dan Afrika diselesaikan dengan kacamata Eropa, Amerika, atau Australia?
 
Wajar bila reformasi atas PBB, khususnya Dewan Keamanan, diulang dan ditegaskan Presiden Jokowi. Terlebih lagi negara-negara Afrika merasa terzalimi karena para pemimpin mereka menjadi bulan-bulanan dengan tuduhan melakukan pelanggaran HAM berat atau kejahatan internasional. Ratifikasi oleh negara-negara Afrika atas Statuta Mahkamah Kejahatan Internasional justru menjadikan pimpinan mereka dibawa ke mahkamah tersebut.
 
Bagaimana dengan para pemimpin di Benua Amerika, Eropa, dan Australia? Meski melakukan kejahatan internasional, mereka akan terbebas atas tuduhan melakukan pelanggaran HAM berat karena tindakan mereka diargumentasikan untuk menegakkan peradaban dunia.
 
Padahal, peradaban dunia yang ada saat ini didominasi peradaban Eropa atau negara-negara di Benua Amerika dan Australia yang berasal dari tradisi Eropa.
 
Kedua, Presiden Jokowi mengajak negara-negara Asia dan Afrika untuk tidak lagi percaya penuh pada lembaga keuangan internasional yang telah lama ada, yaitu Bank Dunia, IMF, dan Asian Development Bank (ADB). Alasannya ialah arsitektur perekonomian dunia lebih untuk kepentingan negara-negara di Benua Eropa, Amerika, dan Australia.
 
Bahkan lembaga keuangan internasional telah dimanfaatkan negara-negara Eropa dan Amerika serta Australia untuk mengendalikan pelaksanaan liar kedaulatan dari negara-negara di Asia dan Afrika. Menurut kacamata negara-negara Eropa, Amerika, dan Australia, itu dianggap dapat mengancam kepentingan mereka, termasuk ekonomi, di kawasan Asia dan Afrika.
 
Dapat dimengerti kegundahan Presiden Jokowi mengingat Bank Dunia sangat efektif dan berhasil ketika merekonstruksi negara-negara Eropa pasca-Perang Dunia Kedua. Namun, Bank Dunia hingga saat ini tidak berhasil dalam membantu negara-negara di Asia dan Afrika. Justru negara-negara Asia dan Afrika terjerembap lebih dalam dengan utang dari Bank Dunia, IMF, dan ADB.
 
Menjadi pertanyaan apakah negara-negara Asia Afrika mau terus menyerahkan nasib mereka kepada tiga lembaga keuangan internasional itu?
 
Terakhir, ajakan Presiden Jokowi ialah untuk menyelesaikan berbagai konflik di Asia dan Afrika tanpa kekerasan. Ini penting karena peradaban Asia dan Afrika mengajarkan penyelesaian sengketa harus dilakukan dengan mempertahankan keharmonisan.
 
Penyelesaian dengan menggunakan kekerasan tidak hanya menimbulkan banyak korban, tetapi juga menguntungkan negara-negara di Benua Amerika, Eropa, dan Australia. Itu disebabkan banyak senjata canggih diproduksi dari tiga kawasan tersebut.
 
Presiden Jokowi patut untuk mengingatkan penyelesaian sengketa tanpa kekerasan karena kecenderungan negara-negara di Asia dan Afrika melupakan kearifan peradaban mereka serta hanyut dengan ajakan, bahkan provokasi, negara besar di Amerika dan Eropa untuk menggunakan kekerasan.
 
Semisal demokratisasi di jazirah Arab telah memanfaatkan senjata. Senjata-senjata itu kerap dipasok pemerintah dari negara-negara di Benua Amerika dan Eropa.
 
Tiga ajakan Presiden Jokowi tentu tidak bisa berhenti pada ajakan belaka. Ajakan itu harus dioperasionalkan. Indonesia harus memunculkan sejumlah prakarsa untuk mewujudkan ajakan Presiden Jokowi.
 
Wajar bila Indonesia memprakarsai berbagai usulan karena Indonesialah negara yang memprakarsai Konferensi Asia Afrika. Sebelum KAA berakhir, Indonesia perlu menyampaikan lima pesan kepada negara-negara Asia dan Afrika dan dunia.
 
Pertama, negara-negara saat ini memasuki fase konsolidasi antarmereka dengan bekerja sama di antara mereka. Dengan demikian, ketertinggalan negara-negara Asia dan Afrika akan semakin dipersempit.
 
Kedua, negara-negara Asia dan Afrika menghendaki keuniversalan peradaban dan PBB sehingga tidak hanya didominasi negara-negara di Benua Amerika, Eropa, dan Australia.
 
Ketiga, negara-negara Asia dan Afrika akan secara signifikan melepaskan ketergantungan dari lembaga keuangan internasional yang tidak berhasil mengeluarkan negara-negara Asia dan Afrika dari kemiskinan.
 
Keempat, negara-negara Asia dan Afrika akan berupaya menyelesaikan sengketa yang muncul di kawasan itu oleh mereka sendiri dengan menggunakan peradaban mereka.
 
Terakhir, negara-negara Asia dan Afrika akan bekerja sama dengan negara-negara di Benua Amerika, Eropa, dan Australia dalam kesetaraan dan saling menguntungkan.
 
Lima pesan itulah yang akan mengubah lanskap politik, ekonomi, keamanan, dan budaya dunia.
 
Negara-negara di Asia dan Afrika tidak lagi bisa diremehkan, hanya sebagai pengikut (follower), bahkan dianggap sebagai objek bagi negara-negara di Benua Eropa, Amerika dan Australia. Kebangkitan negara-negara Asia dan Afrika sudah ada di depan mata.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Oase konferensi asia afrika

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif