Mudah-mudahan perbedaan sikap antara Labuan Bajo dan Bali segera diatasi setelah persoalan itu diketahui Staf Khusus Mendagri Bidang Politik dan Media Kastorius Sinaga. Setelah mengetahui persoalan tersebut kemarin pagi, Kastorius sangat sigap membantu dan melakukan koordinasi dengan pihak terkait. Kesigapan Kemendagri memang patut dicontoh.
Elok nian kiranya pemerintah pusat memberikan perhatian khusus untuk Labuan Bajo yang menjadi daerah tujuan wisata superpremium. Labuan Bajo, juga daerah lainnya, memerlukan pengadaan laboratorium PCR.
Tes PCR menjadi salah satu komponen penting dalam pelaksanaan 3T, yaitu testing (pemeriksaan),
tracing (pelacakan), dan
treatment (pengobatan).
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam rapat pada 28 Juli sudah meminta agar laboratorium untuk tes PCR tidak hanya tersedia di ibu kota provinsi, tetapi juga di kabupaten/kota. Ia tak ingin upaya 3T gagal karena keterbatasan laboratorium.
Sudah 26 hari berlalu, permintaan Luhut terkait dengan pengadaan laboratorium untuk tes PCR di setiap kabupaten tak kunjung terwujud. Realisasi janji atau permintaan itu menjadi salah satu tolok ukur kepemimpinan yang efektif.
Persoalan lain yang mestinya dicarikan jalan keluar ialah para mahasiswa di Pulau Jawa dan Bali yang tertahan di daerah karena belum mendapatkan vaksinasi dosis pertama. Kiranya pemerintah daerah memfasilitasi mereka untuk vaksinasi. Bila perlu, daerah menggelar vaksinasi khusus untuk keperluan mahasiswa yang belajar di luar daerah.
Belumlah terlambat untuk membenahi peraturan yang benar-benar mampu menghadirkan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat. Jangan sampai peraturan itu justru bagian dari masalah. Benang kusut aturan tes PCR mesti segera dibenahi sehingga tidak menjadi sumber masalah.