Ilustrasi/Medcom.id
Ilustrasi/Medcom.id (M Rivan Aulia Tanjung)

M Rivan Aulia Tanjung

Profesional Kehumasan, Anggota Badan Pengurus Pusat PERHUMAS Indonesia

Orkestrasi Pesan Optimisme Kebangkitan Bangsa

M Rivan Aulia Tanjung • 24 Januari 2021 09:04
HAMPIR satu tahun, pandemi covid-19 melanda Indonesia dan memorak-porandakan kesehatan masyarakat. Tidak hanya dari sisi kesehatan, pagebluk juga menyerang aspek sosial dan ekonomi. Tak ayal, Indonesia mengalami resesi pada kuartal kedua 2020 yang ditandai dengan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) minus 3,49 persen dibandingkan periode yang sama pada 2019.
 
Sedangkan dari aspek sosial, tak sedikit dari masyarakat terganggu kehidupan sosialnya karena beragam pembatasan sosial yang diberlakukan oleh pemerintah. Belum lagi dari data yang dihimpun oleh Kementerian Tenaga Kerja pada tengah 2020, setidaknya 3,5 juta masyarakat mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat bisnis perusahaannya terimbas virus korona.
 
Belum pulih pilu 2020, awal 2021 Indonesia sudah dihadapkan dengan beragam bencana yang kembali memukul masyarakat. Baru Sembilan hari berjalan, bencana tanah longsor terjadi di Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Setidaknya 40 orang saudara sebangsa kita menjadi korban jiwa dan lebih dari seribu orang terpaksa mengungsi akibat peristiwa tersebut.
 
Pada 9 Januari 2021, dunia penerbangan Tanah Air diguncang bencana. Pesawat milik Sriwijaya Air dengan rute Jakarta-Pontianak dinyatakan hilang kontak setelah 4 menit lepas dari Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng. Tak hanya itu, kabar duka datang juga dari sejumlah wilayah di Indonesia seperti gempa dengan kekuatan 6,2 magnitudo di Sulawesi Barat; erupsi Gunung Semeru; banjir di Kalimantan Selatan, Manado; serta beberapa bencana di daerah di wilayah Sumatra. Ditambah, kasus terkonfirmasi covid-19 yang tak kunjung menunjukkan penurunan setiap harinya. Paparan pemberitaan dan informasi terkait deretan peristiwa di awal tahun, seakan menjadi pematah semangat masyarakat pada 2021 yang diharapkan menjadi titik balik keterpurukan 2020. Akan tetapi, secercah harapan datang dari penanganan pandemi di Tanah Air. Tanggal 13 Januari 2021 menjadi momen bersejarah bagi Indonesia.
 
Presiden Joko Widodo menjadi orang pertama di Indonesia yang mendapatkan vaksin covid-19 dari Sinovac. Pemberian vaksin dilakukan setelah melalui uji keamanan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Juga dikuatkan dengan pernyataan Majelis Ulama Indonesia (MUI) bahwa vaksin halal dan suci.
 
Namun demikian, harapan dan optimisme tidak akan bertahan lama apabila komunikasi publik yang terorganisasi tidak dijaga dan dieksekusi dengan baik. Ada persoalan mendasar yang harus dihadapi sebagai upaya menjaga semangat dan harapan masyarakat untuk bangkit.
 
Pertama, harus disadari bahwa tanggung jawab menekan laju penyebaran covid-19 tidak sepenuhnya berada di pundak pemerintah. Masyarakat juga punya andil besar dalam mencegah penularan virus ini dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan. Namun kendalanya, beragam ‘variasi’ komunikasi publik dijalankan oleh pemerintah baik pada tingkat pusat maupun daerah. Hal ini menyebabkan kebingungan dan bias sehingga masih banyak masyarakat kerap abai terhadap keselamatan dan kesehatan dirinya dan lingkungan sekitar.
 
Kedua, banyaknya narasi-narasi sesat yang diciptakan pihak-pihak tidak bertanggung jawab sehingga menyebabkan kegaduhan di masyarakat. Sebagai contoh, kerap beredar bahwa virus covid-19 merupakan konspirasi yang diciptakan untuk kepentingan bisnis hingga vaksin tidak halal.
 
Permasalahan ini dapat meruntuhkan optimisme publik karena segala peristiwa mulai dari bencana alam hingga pandemi yang tak kunjung berakhir membuat banyak orang sedih, kecewa, frustasi, dan hal-hal negatif lainnya. Dengan kealpaan optimisme, secara psikologis akan sulit menggerakkan semangat manusia untuk berjuang dan menghadapi kondisi yang dihadapinya.

Peran krusial komunikasi publik

Di sini, komunikasi publik memainkan peran krusial. Pesan-pesan positif harus disiapkan dan diluncurkan secara terstruktur sehingga kepercayaan diri masyarakat dapat kembali pulih. Profesi hubungan masyarakat atau humas menjadi garda terdepan dalam konteks permasalahan ini. Secara praktis, setidaknya ada dua poin utama peran humas yang dapat dioptimalkan:
 
Pertama, mengidentifikasi permasalahan dan isu yang beredar di publik. Di era digital saat ini penyebaran informasi dan bergulirnya isu dapat terjadi dalam hitungan detik. Dibutuhkan kepekaan dan sensitivitas humas untuk mengetahui apa yang menjadi perhatian publik. Dari identifikasi masalah ini dapat ditentukan langkah strategis yang perlu diambil untuk menjawab permasalahan yang ada.
 
Kedua, mengorganisasi pesan. Dalam tahapan ini, penyusunan narasi dan pesan positif menjadi tahapan esensial, agar pesan tidak disalah-artikan dan dipelintir sebagai bahan untuk menyebarkan informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Tentu, transparansi menjadi aspek penting ketika menyampaikan pesan kepada publik. Komunikasi terpusat adalah salah satu langkah tepat dalam kondisi saat ini. Oleh karenanya jalinan kerja sama dan koordinasi yang harmonis antar-fungsi dan lembaga menjadi suatu kunci keberhasilan komunikasi publik.
 
Orkestrasi pesan optimisme memang merupakan salah satu peran profesi kehumasan. Namun, tidak melepaskan tanggung jawab moral setiap individu untuk menyuarakan narasi positif setidaknya kepada lingkungan terdekatnya. Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas Indonesia) secara konsisten mengkampanyekan sikap positif dalam komunikasi publik lewat tagar #IndonesiaBicaraBaik.
 
Kolaborasi dengan berbagai pihak terus dijalankan sebagai komitmen membawa pesan baik pada khalayak luas. Seperti, turut menyukseskan Gerakan Pakai Masker hingga kompetisi konten kreatif digital dalam menyampaikan pesan positif di tengah pandemi.
 
Kolaborasi yang baik dari seluruh elemen masyarakat dalam melantunkan pesan optimisme akan membantu menjaga semangat masyarakat untuk mendukung kebangkitan bangsa. Langkah sederhana seperti membagikan satu pesan positif setiap harinya kepada lingkungan terdekat bisa menjadi suatu kontribusi dalam menciptakan atmosfer optimis ketimbang meneruskan pesan menakutkan dari media sosial yang diragukan keabsahannya.
 
Jadi, siap untuk bicara baik dan menjadi bagian dari orkestra optimisme bangsa?[]
 
*Penulis adalah profesional kehumasan, Anggota Badan Pengurus Pusat Perhumas Indonesia
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Pilar Virus Korona bpp perhumas pandemi covid-19 Pemulihan Ekonomi Nasional

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif