Redaksi Media Group Abdul Kohar Dewan. (MI/Ebet) (Abdul Kohar) (Abdul Kohar)
Redaksi Media Group Abdul Kohar Dewan. (MI/Ebet) (Abdul Kohar) (Abdul Kohar) (Abdul Kohar)

Abdul Kohar

Dewan Redaksi Media Group

Jangan Berkhayal

Abdul Kohar • 19 April 2023 05:08
ADA ajakan penting dari KH Bahaudin Nursalim soal bagaimana kita mestinya menjalani hidup. Kata Gus Baha, begitu ia akrab disapa, jalani hidup dan kehidupan ini dengan kegembiraan. Selain itu, jangan banyak berkhayal.
 
Dalam sebuah kajiannya, Gus Baha mengulas 'jangan banyak berkhayal' ini dengan mengutip pendapat ulama besar Sufyan ats-Tsauri tentang makna zuhud (hidup sederhana). Kata Imam Sufyan, sebagaimana dikutip Gus Baha, zuhud bukanlah dengan memakan makanan yang kasar.
 
Zuhud bukan pula dengan memakai pakaiaan yang jelek. Bukan itu ukuran zuhud. Itu namanya zuhud penampilan. Zuhud yang sesungguhnya ialah dengan tidak banyak berkhayal.
 
Kata kunci 'jangan berkhayal' itu kiranya selaras dengan gonjang-ganjing gaya hidup pejabat dan keluarga pejabat yang akhir-akhir ini menjadi sorotan tajam. Kasus terakhir ialah ketika Wali Kota Bandung Yana Mulyana ditangkap tangan oleh KPK dalam kasus dugaan korupsi proyek terkait dengan program Bandung Smart City dan pengadaan CCTV dan jaringan internet di Kota Bandung.
Baca juga:Terhempas Kota Cerdas

Ada sejumlah barang bukti disita. Salah satunya sebuah sepatu bermerek terkenal, Louis Vuitton tipe Cruise Charlie Sneaker 1A9YN8. Menurut situs resmi Louis Vuitton, sepasang sepatu 'ramah lingkungan' tersebut seharga US$1.590 atau setara Rp23 juta. Harga sepatu itu dua kali lipat gaji pokok wali kota di Indonesia. Sebelum kasus Yana, ada kasus pejabat di Ditjen Pajak Rafael Alun Trisambodo. Ada juga pejabat di Ditjen Bea Cukai. Ada pula pejabat Dishub DKI Jakarta. Pun sejumlah pejabat beserta keluarga yang mengoleksi barang-barang mewah. Padahal, akumulasi barang-barang itu amat jomplang bila dibandingkan dengan profilnya yang menjadi abdi negara. Pendapatan tidak seberapa, kok bisa menumpuk barang-barang mewah hingga bernilai puluhan miliar rupiah? Begitu pertanyaan yang berkecamuk di kepala publik.
 
Lalu, apa hubungannya dengan ajakan untuk tidak berkhayal? Kiranya terang-benderang banyak dikemukakan oleh para ahli dan tokoh agama ataupun tokoh spiritual bahwa khayalan ialah pangkal utama keinginan dan keserakahan. Khayalan itu melampaui kemampuan. Maka, jika khayalan terus berkecamuk, sedangkan kemampuan tidak kunjung tiba, muncullah tindakan korupsi, maling, merampok.
 
Khayalan itu wilayah privat. Begitu juga gaya hidup sesorang sebagai turunan dari khayalan memang wilayah privat. Ia menjadi hak setiap orang, asal tidak mengganggu orang lain. Namun, wilayah privat itu bisa menjadi urusan publik bila menyangkut pejabat publik. Gaya hidup pejabat bukan sekadar ranah privat karena ada hak publik yang melekat dalam kehidupan pejabat.
 
Kehidupan pejabat disokong publik. Gaji mereka diambil dari pajak rakyat. Karena itu, gaya hidup pejabat pun tidak boleh lepas dari pengawasan publik. Rakyat justru wajib kepo dengan kehidupan pejabat karena ada hak publik untuk tahu, digunakan untuk apa saja uang rakyat yang sudah dibayarkan melalui pajak tersebut.
 
Karena itu, wajar belaka bila publik mengoreksi gaya hidup pejabat. Gaya hidup yang berpangkal dari keinginan bisa menjadi cermin dari keserakahan yang tidak bertepi. Dari gaya hidup bisa bermuara pada korupsi.
Baca juga:KPK Sita Mobil danHomestayBupati Nonaktif Mamberamo Tengah Senilai Rp10 Miliar

Godaan hedonisme pejabat dan keluarganya yang tidak berujung, yang bersumber dari keinginan dan khayalan, membuat rakyat harus terus membayar untuk sesuatu yang tidak mengenal kata cukup. Orang, juga sejumlah pejabat, kian tergoda berkiblat pada mazhab Kyrene yang didirikan Aristippus. Mazhab itu menawarkan ajaran hedonisme sebagai tujuan kehidupan etis, tujuan hidup yang dianggap paling mulia dari setiap manusia.
 
Semua tindakan manusia akan dianggap baik apabila tindakan tersebut mendatangkan kenikmatan yang berpangkal pada kesenangan. Manusia yang bijaksana, kata pengikut mazhab itu, ialah manusia yang mencari kenikmatan sebesar-sebesarnya di dunia ini.
 
Paham seperti itu begitu sukar dibendung. Kata Aristoteles, kebutuhan manusia itu tidak terlalu banyak, tetapi keinginannyalah yang relatif tidak terbatas. Padahal, kebutuhan dan keinginan ialah dua sisi yang berbeda. Era kini, industri modern bekerja keras hingga sukses mengubah keinginan menjadi motif kebutuhan.
 
Kiranya tepat seruan Imam ats-Tsauri agar kita jangan banyak berkhayal. Ketimbang terus berkhayal dan menganyam keinginan tak bertepi, para pejabat dan calon pejabat sebaiknya lebih banyak-banyaklah membaca literatur tentang gaya hidup. Banyak-banyak pula mendengar nasihat para bijak bestari agar tidak terjerembap dalam kubangan korupsi yang berujung 'berumah' di jeruji besi.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Pilar Yana Mulyana Rafael Alun Trisambodo Kasus Korupsi pencucian uang

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif