Tangkapan Layar Program Newsmaker edisi CEO Media Group Mohammad Mirdal Akib
Tangkapan Layar Program Newsmaker edisi CEO Media Group Mohammad Mirdal Akib (Wandi Yusuf)

Wawancara CEO Media Group Mohammad Mirdal Akib

Media Group News Summit: Candradimuka Melawan Pandemi Covid-19

Wandi Yusuf • 24 Januari 2021 08:35

 
Kenapa topik energi dimasukkan di MGN Summit ini? Ada persoalan apa kira-kira hingga energi menjadi sorotan?
 
Sekarang ini kita ada dalam satu kondisi yang betul-betul terkondisikan. Punya masalah yang sama. Seluruh dunia punya masalah yang sama. Kita berada di titik yang sama. Mau perusahaan apa pun, mau media apa pun, ada di titik yang sama. Semua ada di rumah semua menaati protokol.
 
Seperti kalau kita ibaratkan nonton grand prix. Tak pernah ada proses salip-menyalip di jalan lurus, tapi di tikungan. Di tikungan itu pilihanya cuma dua, apakah kemudian kita bisa leading atau terlempar, jatuh. Kondisi sekarang ini kita sebenarnya lagi di tikungan. Tak banyak yang bisa dilakukan, kecuali memikirkan betul strategi apa untuk keluar dari pandemi.
 
Salah satu strategi utama yang dibutuhkan republik ini adalah perubahan mindset terutama di sektor energi. Ini salah satu kunci juga bagaimana 100 tahun ke depan Indonesia jadi pemain utama dalam sektor ekonomi, khususnya sektor energi.
 
Energi yang mayoritas kita pakai adalah energi fosil. Cadangannya semakin menipis. Kita butuh desain strategi besar bagaimana keluar dari masalah ini.
 
Kedua, kita punya seluruh persyaratan untuk memainkan energi ini sebagai pemain utama dunia. Ingat, kita punya cadangan gas yang cukup besar.
 
Kalau pelan-pelan dibuatkan sistem transisinya. Mulai dari energi fosil, kemudian pelan-pelan masuk ke gas dulu, lalu ke renewable energy, (hingga) energi terbarukan. Mustinya, kita akan menghilangkan kebergantungan dan ekonomi kita menjadi akan lebih efisien. Kemudian, kita bisa menghasilkan udara bersih, teknologi yang lebih hemat.
 
Kemudian, jangan lupa kita ikut menandatangani Protokol Kyoto dan Paris Agreement. Pada 2023 sampai 2030 kita ada target mengurangi emisi karbon. Indonesia punya peran utama di situ sebagai paru-paru dunia. Kita memiliki kekuatan karbon trade.
 
Apabila cadangan gas ini kita maksimalkan untuk menjadi sumber energi baru, kita sudah tidak bergantung lagi dengan harga minyak dunia. Sekarang kita sangat bergantung, bukan cuma kondisi ekonomi, tapi kondisi politik para produsen minyak.
 
Kalau para anggota OPEC-nya (Organisasi Negara Pengekspor Minyak Bumi) pada ‘batuk-batuk’, harga (minyak) juga ikut ‘batuk-batuk’. Jadi, produksi bisa meningkat dan seterusnya.
 
Kalau kita pelan-pelan mengurangi kebergantungan ini, memang kelihatannya sepertinya agak (susah) ini, tapi butuh arah kebijakan menuju ke sana.
 
Cadangan gas kita luar biasa besar, kenapa kemudian tak beralih ke situ? Ada desain grand strategy sampai kemudian menumbuhkan energi yang baru, solar cell, dan sebagainya. Kita negara yang paling tinggi sumber mataharinya dan kualitasnya salah satu yang terbaik.
 
Daerah Sumba dan Maluku adalah panas terbaik di dunia yang bisa dijadikan energi. Sebenarnya, potensi untuk itu besar sekali. Mindset itu harus dibangun. Bahkan, kita sekarang harus mengurangi istilah migas (minyak dan gas). Kita mengganti menjadi gasmi (gas dan minyak). Karena cadangannya lebih besar gas, kan? Kalau kita pelan-pelan mau menukar nih, istilahnya, dari yang sederhana itu, menjadi gasmi gitu. Kan sama saja.
 


 
Halaman Selanjutnya
    Yang mau diubah…
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Pilar Virus Korona Media Group pandemi covid-19 Konvergensi MGN Media Group News Summit Indonesia 2021

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif