Ilustrasi pasien covid-19. Foto: Dok Media Indonesia.
Ilustrasi pasien covid-19. Foto: Dok Media Indonesia.

Tips Menjaga Kesehatan Mental Sebagai Penyintas Covid-19

Arga sumantri • 30 Desember 2020 16:28
Bandung: Dosen Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran (Unpad) Aulia Iskandarsyah menyebut, secara psikologis, ada beberapa fase reaksi seseorang saat dinyatakan positif covid-19 berdasarkan swab Polumerase Chain Reaction (PCR). Fase pertama, kata Aulia, biasanya adalah penyangkalan bahwa seseorang positif covid-19.
 
"Penyangkalan tersebut selanjutnya melahirkan respons diri berupa marah atau sedih," kata Aulia mengutip siaran pers Unpad, Rabu, 30 Desember 2020.
 
Sikap ini kata dia, merupakan fase kondisi mental seseorang mulai terganggu. Penurunan mental akan melahirkan sikap sedih, stres, hingga menutup diri. Fase terakhir adalah ketika seseorang mulai menerima bahwa ia terkena covid-19.

Psikolog Kesehatan ini menegaskan, seseorang terkena covid-19 bukan suatu aib. Toh, wabah pandemi ini akan menyasar seluruh orang tanpa terkecuali.
 
Aulia menyarankan seseorang yang positif covid-19 berdasarkan hasil swab PCR untuk membuka diri dengan menerima keadaan. Adaptasi tubuh yang cepat akan lebih mudah menentukan rencana selanjutnya.
 
 

Konsultasi dengan Satgas Covid-19 atau tim medis harus segera dilakukan untuk menentukan upaya penanganan terbaik. Jika penyintas tidak mengalami gejala, ia bisa melakukan isolasi mandiri dengan pemantauan yang ketat.
 
"Mau enggak mau kita harus patuh dengan protokol isolasi mandiri, jika ada kendala silakan konsultasikan dengan Satgas Covid-19," tuturnya.
 
Aulia menjelaskan, positif covid-19 harus dibarengi dengan pikiran positif. Yakinkan bahwa proses isolasi ini hanya sementara. Menjadi penyintas covid-19 bukan berarti suatu aib.
 
Baca: Rektor IPB Bagikan Kunci Mendorong Pertanian Inklusif di Era 4.0
 
Menurut dia, ada yang beranggapan bahwa isolasi mandiri sama halnya dengan dipenjara. Padahal, isolasi hanya membatasi aktivitas fisik penyintas dengan dunia luar. Penyintas covid-19 bisa melakukan berbagai aktivitas rutin di dalam ruang isolasi.
 
"Isolasi itu bukan berarti harus berbaring terus. Dia bisa bangun, olahraga, mandi, dan bekerja. Hanya posisinya dilakukan di tempat isolasi," jelasnya.
 
Selanjutnya, penyintas membutuhkan dukungan dari orang terdekat, baik moral maupun material. Keluarga, kerabat/kolega, hingga masyarakat sekitar harus mendukung perjuangan penyintas covid-19.
 
 

Aulia menekankan bahwa masyarakat jangan beranggapan bahwa penyintas covid-19 adalah orang yang mesti dijauhi. Stigma ini nyatanya masih melekat di sebagian masyarakat Indonesia. Padahal, seharusnya yang wajib dijauhi adalah penyakitnya, bukan orangnya.
 
"Jika orang itu di-swab lagi terus hasilnya negatif, kita harus menerimanya kembali," kata Aulia.

Hindari Stres

Banyak penelitian menunjukkan bahwa stres ada kaitannya dengan menurunnya imun tubuh. Orang dengan stres berat cenderung memiliki imun tubuh yang rendah.
 
Penyintas juga wajib menghindari stres saat tengah berjuang untuk sembuh dari covid-19. Pikiran positif diupayakan terus dibangun oleh penyintas. Aulia menjelaskan, kekuatan diri jika digabungkan dengan dukungan sosial akan mampu melakukan pengelolaan stres yang lebih baik. 
 
"Kalau berjuan sendiri, dia (penyintas) akan berat. Kalau pikirannya positif, lingkungannya juga positif, dia akan menjalani isolasinya dengan baik," paparnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan