Sedangkan dosen, diwajibkan pemerintah untuk menulis jurnal dalam rangka kenaikan pangkat. Sayangnya, menulis jurnal tak semudah yang dibayangkan. Tak jarang harus dilakukan bertahun-tahun, dan menghabiskan dana penerbitan sampai puluhan juta rupiah. Belum lagi jika terjebak calo yang meminta uang untuk penerbitan, atau biasa dikenal sebagai jurnal predator
Profesor Arif Muntasa dari Universitas Trunojoyo Madura menyatakan, menulis jurnal tidak selalu harus seperti yang disebutkan sebelumnya. Banyak penelitian yang bisa dilakukan secara gratis, bahkan bisa mendapat hibah atau uang bonus penelitian yang jumlahnya fantastis.
"Menulis sebuah jurnal memanglah bukan sebuah kegiatan yang mudah. Tapi sebenarnya ada banyak cara untuk membuat penulisan jurnal menjadi menyenangkan. Jangan sampai kita terjebak jurnal predator dan harus jual motor untuk meneliti," ungkap Arif pada Webinar SEVIMA, dikutip Rabu, 29 Desember 2021.
Menurut Arif, sebelum melakukan publikasi jurnal ilmiah, seorang penulis harus memahami beberapa hal. Agar jurnal yang ditulis dapat terpublikasi, baik di tingkat internasional (Terindeks SCOPUS), maupun di tingkat nasional (Terindeks SINTA).
Berikut ini tips untuk menulis jurnal ala Profesor Trunojoyo:
1. Pandai memilih jurnal dan penerbit
Banyak penerbit yang menyediakan secara gratis. Ada juga kegiatan hibah penelitian yang memberi dana untuk melakukan penulisan jurnal, dan mengikuti konferensi internasional.Peluang-peluang ini tersedia luas dan bisa dengan mudah ditemui di internet. Walaupun demikian, memang perlu ketekunan dan ketelitian dalam mengumpulkan informasi tersebut.
Baca: Mengenal University of Cambridge, Kampus Top di Inggris
Beberapa publikasi gratis terindeks SCOPUS, bisa dicoba. Misalnya International Journal of Technology dari Universitas Indonesia (UI), International Journal on Electrical Engineering and Informatic dari Institut Teknologi Bandung (ITB), serta beberapa penerbit jurnal internasional Elsevier, Taylor and Francis, Sage, dan lainnya.
"Kesempatan itu sangat banyak, tapi tidak jarang karena terlalu banyak informasi, kita menjadi bingung," kata Dosen yang sudah menulis 44 artikel jurnal internasional itu.