Dosen Fakultas MIPA Unpad Arjon Turnip PhD., mengatakan, penelitian ini dilatarbelakangi banyaknya masyarakat yang meninggal akibat penyakit jantung. Selain itu, masyarakat perdesaan yang terbatas fasilitas dan keberadaan dokter spesialis jantung diharapkan akan terbantu dengan adanya alat ini.
“Kita mencoba membuat alat untuk mendeteksi supaya alat itu bisa dipakai 24 jam dan yang kedua adalah dokter jantung biasanya jarang ada, hanya ada di kota, bagaimana supaya masyarakat yang kebanyakan ada di pedesaan itu bisa menikmati kesempatan untuk memeriksakan kesehatan,” kata Arjon dalam Hard Talk “Portable Smart Cardio Hotler Recorder and Diagnosis Berbasis AI dan IoT untuk Puskesmas” yang disiarkan di Kanal Youtube Unpad, dikutip Sabtu, 6 Januari 2024.
Penelitian dilakukan Arjon sejak 2015 bersama sejumlah dosen dan mahasiswa Teknik Elektro FMIPA Unpad, tim peneliti FK, dan industri terkait. Arjon menjelaskan, alat ini akan merekam sekiranya ada gangguan pada jantung. Informasi dugaan gangguan ini akan direkam dan disimpan di cloud system.
“Memang alat ini ada dua versi kita bikin. Satu dia connecting dengan internet berarti dia bisa langsung data dikirim ke Cloud dan itu bisa juga kalau memang ada yang urgent bisa juga kirim pesan ke keluarga atau ke rumah sakit pokoknya siapa yang bisa connect dengan itu nanti bisa berkomunikasi otomatis. Nah yang kedua adalah kita pasang juga ini alat ya kita melihat kondisi Indonesia tentunya karena masih banyak daerah di Indonesia yang susah jaringan internet jadi kita pakai card,” kata Arjon.
Dengan menggunakan kartu memori, pengguna yang kesulitan akses internet datanya akan tersimpan terlebih dahulu di kartu, hingga nanti akan dikirimkan ke cloud system ketika sudah mendapatkan akses internet.
Selain bersifat nirkabel serta berbasis AI dan IoT, perbedaan lain dengan alat EKG yang biasa berada di rumah sakit adalah alat ini berukuran kecil dan dapat disimpan di saku. Informasi yang disajikan juga berupa angka yang diharapkan mudah dibaca oleh masyarakat umum.
Arjon berharap, alat ini dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia, terutama di fasilitas kesehatan yang tidak memiliki dokter spesialis jantung. “Sehingga minimal bisa memberi petunjuk awal. Apakah ini perlu dirujuk atau memang ini bisa ditangani di lokasi atau di daerah tersebut,” kata Arjon.
Alat ini pun diyakini bisa dimiliki personal, dengan harga kisaran di bawah Rp 4 juta. Dengan harga yang tidak semahal alat EKG pada umumnya disertai penggunaan yang mudah, Arjon optimistis monitoring kesehatan jantung untuk masyarakat Indonesia dapat dilakukan lebih mudah dan meminimalisir adanya masyarakat yang meninggal mendadak akibat penyakit ini.
Lebih lanjut Arjon mengatakan, alat ini sebelumnya sudah diujikan ke sejumlah pasien penyakit jantung. Ke depannya, alat ini akan terus dikembangkan dengan fitur yang lebih lengkap dan disesuaikan dengan kebutuhan industri atau pasar. Arjon juga berharap alat ini dapat diproduksi secara massal.
Baca juga: Guru Besar UGM Paparkan Perkembangan Material Resin Komposit untuk Perawatan Gigi |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News