Ia mengatakan, melihat cakupan vaksinasi covid-19 di Indonesia, persentase suntikan vaksin lengkap sudah mencapai 40,65 persen. Sekitar 17 persen masyarakat baru mendapat suntikan pertama, sedangkan sekitar 42,3 persen belum mendapatkan vaksin covid-19 sama sekali.
Dari persentase tersebut, Tonang mengkhawatirkan kelompok yang belum tervaksinasi covid-19 akan lebih mudah terjangkit Omicron. Yang perlu diingat, kelompok yang lebih cepat tertular adalah mereka yang tak disiplin protokol kesehatan.
"Tidak pakai masker dan tidak rajin cuci tangan. Untuk mereka yang punya antibodi, virus akan lebih cepat bersih. Tapi, yang tidak punya baru bersih virusnya sekitar 14 hari sejak terinfeksi," ujar Tonang.
Baca: UU Tentang Kesehatan Jiwa Dinilai Memerlukan Aturan Turunan, Ini Sebabnya
Perlukah memakai booster?
Karena vaksin covid-19 yang sudah diproduksi masih belum mampu menghindarkan orang dari varian baru SARS-CoV-2, muncul wacana untuk menyuntikkan booster. Ia menyebut, makna booster berbeda dengan dosis ketiga.Booster merupakan vaksin tambahan untuk memastikan dua dosis vaksin covid-19 yang sudah disuntikkan telah membentuk imunitas. Sedangkan, dosis ketiga adalah vaksin yang wajib disuntikkan dan menjadi bagian utama vaksin Covid-19, layaknya dosis pertama dan kedua.
Tonang mengutarakan bahwa keharusan penyuntikkan booster perlu didalami dulu. Sebab, laporan ini masih berasal dari penelitian laboratorium.
"Istilahnya baru in vitro. Tidak salah, hanya harus pelan-pelan bila diterjemahkan di lapangan. Laporan itu dari negara-negara yang vaksinasinya sudah 70-80 persen tapi di Indonesia kan baru 40-an persen," ungkap Tonang.