Kit Radiofarmaka Etambutol. DOK IG @brin_indonesia
Kit Radiofarmaka Etambutol. DOK IG @brin_indonesia

BRIN Kembangkan Kit Radiofarmaka, Radiasi Nuklir untuk Pengobatan Jantung hingga Kanker

Renatha Swasty • 17 Desember 2024 22:06
Jakarta: Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berhasil mengembangkan berbagai kit radiofarmaka yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk keperluan diagnosis dan terapi di rumah sakit yang memiliki fasilitas kedokteran nuklir. Radiofarmaka merupakan senyawa obat yang mengandung radioisotop, yaitu isotop yang bersifat tidak stabil sehingga memancarkan energi radioaktif untuk mencapai bentuk stabilnya.
 
"Kami berharap kerja sama dengan industri farmasi dapat mempercepat penyebaran hasil riset ini, mendukung program Kementerian Kesehatan untuk membuka fasilitas kedokteran nüklir di seluruh provinsi di Indonesia," kata Periset Pusat Riset Teknologi Radioisotop, Radiofarmaka, dan Biodosimetri BRIN, Veronika Yulianti Susilo, dikutip dari akun Instagram @brin_indonesia, Selasa, 17 Desember 2024.
 
Radioisotop dapat memancarkan radiasi nuklir yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan medis. Radioisotop yang memancarkan sinar gamma umumnya digunakan untuk diagnosis, sementara yang memancarkan sinar beta lebih sering digunakan dalam terapi.

Struktur dasar radiofarmaka terdiri dari dua bagian utama, yaitu carrier (pembawa atau ligan) dan radioisotop atau radionuklida. Ligan berperan sebagai pembawa radiofarmaka, mengarahkan molekul tersebut ke jaringan tubuh, mengatur waktu tinggalnya di dalam jaringan, serta menentukan jalur metabolisme atau proses biokimia spesifik yang akan dilalui serta fungsi fisiologis tertentu di dalam tubuh.
 
Sedangkan, radioisotop berfungsi sebagai sumber energi radiasi yang memungkinkan radiofarmaka untuk menjalankan perannya, baik sebagai alat diagnostik maupun dalam terapi, serta memberikan manfaat maksimal dalam pengobatan dan pemantauan kondisi kesehatan.

Cara kerja radiofarmaka dalam kedokteran nuklir

1. Penerimaan Radiofarmaka

Pasien menerima radiofarmaka melalui suntikan atau secara oral, tergantung pada organ atau sistem yang ingin didiagnosis atau diobati.

2. Arahkan ke area target

Radiofarmaka akan membawa senyawa ini menuju area dengan aktivitas metabolik yang meningkat, seperti tumor atau jaringan yang sedang sakit. Proses ini memastikan radiasi terfokus pada area yang memerlukan perhatian, meminimalkan paparan radiasi pada sel sehat.

3. Akumulasi di tumor

Tumor menyerap lebih banyak radiofarmaka dibandingkan dengan jaringan sehat, sehingga lebih banyak radiasi yang dipancarkan, memudahkan proses deteksi.
 
Baca juga: Mungkinkah Membuat Lubang Hitam Jadi Senjata? Bom Nuklir Antariksa?
 

4. Penggunaan alat diagnostik

Radiasi gamma yang dipancarkan ditangkap oleh alat diagnostik seperti kamera gamma, PET (Positron Emission Tomography), atau SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography), yang menghasilkan gambaran jelas mengenai kondisi dalam tubuh pasien.

5. Interpretasi hasil

Spesialis kedokteran nuklir akan menginterpretasi gambar yang dihasilkan untuk mendiagnosis kondisi pasien, mengidentifikasi sel abnormal, dan menentukan tingkat keparahan penyakit dengan akurasi tinggi.

Perbedaan antara diagnosis dan terapi

Proses diagnostik dan terapi radiofarmaka memiliki kesamaan dalam penggunaan radioisotop, namun terapi bertujuan memberikan radiasi terarah ke sel-sel kanker atau jaringan yang sakit.
 
Sementara itu, dalam diagnostik, radiofarmaka lebih berfokus pada pencitraan untuk deteksi penyakit, terapi berfokus pada penghancuran sel sakit dengan membatasi kerusakan pada jaringan sehat di sekitarnya.

Produk radiofarmaka hasil riset BRIN

1. Kit Radiofarmaka Etambutol

Untuk deteksi tuberkulosis paru dan luar paru dengan penggunaan Tc-99m, membantu dalam pencitraan medis untuk diagnosis yang lebih tepat.

2. Kit Radiofarmaka EDTMP

Digunakan untuk diagnosis dan terapi paliatif kanker yang telah menyebar ke tulang, membantu merencanakan terapi yang lebih efektif dengan isotop seperti
Tc-99m dan Lu-177.

3. Kit Radiofarmaka MIBI

Untuk mendiagnosis gangguan fungsi jantung dengan Tc-99m, mempermudah evaluasi aliran darah ke jantung.

4. Kit Radiofarmaka MDP

Untuk mendeteksi metastasis atau penyebaran kanker pada tulang setelah ditandai dengan Tc-99m.

5. Kit Radiofarmaka DTPA

Untuk mendiagnosis fungsi ginjal dengan menggunakan Tc-99m, memberikan gambaran jelas tentang kondisi ginjal.

6. Kit Radiofarmaka Glutation

Digunakan untuk deteksi dan pemantauan kondisi medis tertentu, seperti kanker atau penyakit jantung, berkat kemampuannya menembus kapiler yang rusak.

7. Kapsul I-131

Obat untuk diagnosis dan terapi penyakit tiroid, memancarkan radiasi gamma dan beta untuk mengobati gangguan tiroid.
 
Sifat radiasi nuklir yang dapat menembus suatu materi dapat diaplikasikan pada kedokteran nuklir sebagai radiofarmaka. Pancaran radiasi nuklir yang dihasilkan dari radiofarmaka ini memiliki peran penting untuk mendiagnosis maupun mengobati suatu penyakit di dalam tubuh manusia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan