BRIN Kembangkan Sensor Elektrokimia. DOK BRIN
BRIN Kembangkan Sensor Elektrokimia. DOK BRIN

BRIN Kembangkan Sensor Elektrokimia Deteksi Logam Berbahaya

Renatha Swasty • 01 Agustus 2025 18:04
Jakarta: Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan nanomaterial pada sensor elektrokimia untuk meningkatkan sensitivitas, akurasi, dan efisiensi deteksi logam berbahaya. BRIN juga kembali memanfaatkan terak feronikel yang sebelumnya dianggap limbah sebagai material bernilai yang mendukung ekonomi sirkular dan daur ulang demi keberlanjutan lingkungan.
 
Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) BRIN, Ratno Nuryadi, mengatakan aplikasi nanomaterial dalam sensor elektronika memiliki potensi besar untuk meningkatkan sensitivitas dan akurasi sensor. 
 
“Saya percaya, dengan kolaborasi dan kerja sama yang baik, kita dapat mengembangkan teknologi nano dan pemanfaatan terak feronikel yang lebih canggih dan efektif,” kata Ratno dikutip dari laman brin.go.id, Jumat, 1 Agustus 2025. 

Peneliti Ahli Muda Pusat Riset Metalurgi BRIN, Budi Riza Putra, menjelaskan sensor elektrokimia digunakan untuk mendeteksi logam berbahaya di lingkungan. Sensor ini merupakan alat yang mengubah data kimiawi, mulai dari konsentrasi komponen tunggal pada sampel hingga analisis komposisi lengkap, menjadi sinyal yang dapat dimanfaatkan secara analitik.
 
Komponen utama dalam sensor elektrokimia adalah reseptor, yaitu bagian yang berfungsi mengenali analit, serta elektroda yang digunakan dalam pengukuran elektrokimia.
 
Permukaan elektroda dimodifikasi dengan beberapa jenis material untuk meningkatkan sensitivitas pengukuran. Selanjutnya, sinyal yang dihasilkan akan diproses menggunakan perangkat lunak dan dapat diamati melalui layar komputer.
 
“Keunggulan sensor elektrokimia antara lain pengumpulan data yang relatif cepat, kemampuan mendeteksi molekul tanpa melalui proses pemisahan terlebih dahulu, sensitivitas pengukuran yang dapat mencapai nanogram per mililiter (ng/ml), serta kemudahan dalam penggunaan,” kata Budi.
 
Baca juga: BRIN Garap Model Pengelolaan Sampah Organik berbasis Aplikasi Digital 

Cara kerja sensor elektrokimia dilakukan dengan memodifikasi permukaan elektroda menggunakan berbagai jenis material yang bersifat konduktif pada permukaan elektrokimia tersebut.
 
Dalam era teknologi yang terus berkembang, aplikasi nanomaterial dalam pengembangan sensor elektronika membuka peluang baru untuk meningkatkan sensitivitas dan akurasi sensor. “Nanomaterial telah menjadi kunci dalam pengembangan sensor elektronika yang lebih canggih dan efektif, memungkinkan deteksi yang lebih tepat dan cepat,” ujar Budi.
 
Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Metalurgi BRIN, Eni Febriana, memaparkan terak feronikel, yang sebelumnya dianggap limbah, kini ditemukan memiliki potensi besar sebagai sumber sekunder mineral berharga seperti magnesium, silika, dan logam tanah jarang.
 
Berdasarkan data 2023, cadangan nikel dunia mencapai 102 juta ton. Indonesia memiliki 21 persen dari total sumber daya tersebut dan menempati peringkat pertama sebagai negara penghasil nikel. Menurut data Badan Energi Internasional, kebutuhan pemanfaatan nikel untuk baterai listrik meningkat hingga 42 persen.
 
Eni mengatakan sifat terak feronikel terbagi menjadi dua macam. Pertama, terak yang didinginkan dengan udara, di mana pendinginannya berlangsung lambat sehingga menghasilkan material dengan bentuk tidak beraturan dan lebih rapuh. 
 
Kedua, terak yang didinginkan dengan air, yang pendinginannya lebih cepat sehingga menghasilkan material berbentuk cenderung bulat, permukaannya licin, lebih keras, dan umumnya berwarna lebih gelap. Jenis terak inilah yang paling banyak ditemukan di Indonesia.
 
Terak feronikel masih berpotensi dimanfaatkan kembali untuk menghasilkan bahan yang lebih bernilai, seperti dengan mengambil unsur berharganya dan menggunakannya sebagai bahan material lain. “Meskipun nilai keekonomian pengolahan terak feronikel mungkin relatif tinggi, pertimbangan dampak sosial dan tanggung jawab pengelolaan lingkungan menjadikan proses daur ulang sangat penting untuk dilakukan,” ujar Eni.
 
Beberapa pemanfaatan terak feronikel antara lain sebagai material keramik, bahan refraktori yang digunakan sebagai krusibel untuk pengecoran dan aplikasi pirometalurgi, serta sebagai bahan mortar dan agregat. “Kandungan silika dan magnesium yang tinggi memungkinkan terak dimanfaatkan sebagai substitusi bahan baku semen dan agregat,” pungkasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan