Periset PREMK BRIN, Ratna Ayu Saptati, menjelaskan bahwa aplikasi digital yang sedang dikembangkan tidak sekadar alat bantu teknis, melainkan medium pemberdayaan berbasis data.
“Kami ingin mendorong keterhubungan antara seluruh aktor dalam ekosistem pengelolaan sampah – dari rumah tangga, pengelola TPS3R, bank sampah, hingga pelaku usaha maggot dan pupuk – melalui satu platform digital yang inklusif dan mudah digunakan,” katanya, dalam Workshop dan Forum Group Discussion (FGD) bertema ‘Model Pengelolaan Sampah Organik berbasis Aplikasi Digital untuk Produksi Pupuk Organik dan Budidaya Maggot’, di Magelang, Kamis, 24 Juli 2025.
Kepala UPTD Pengelolaan Sampah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Magelang, Emanuel Adi Kurnia, menekankan pentingnya kolaborasi antarwilayah dan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah.
“Salah satu tantangan utama kami di tingkat kabupaten adalah menyelaraskan pengelolaan sampah dari hulu ke hilir yang melibatkan desa, TPS3R, dan pengangkutan ke TPA. Maka, model digital yang terintegrasi sangat potensial untuk menjembatani itu,” ungkapnya.
Dia menjelaskan bahwa saat ini terdapat 31 TPS3R aktif di Kabupaten Magelang, namun belum seluruhnya memiliki sistem pelaporan dan monitoring yang baik. “Perlu ada dashboard atau sistem informasi sederhana yang bisa membantu pengambil keputusan di lapangan, termasuk bagi para operator dan pengelola TPS3R,” tambah Emanuel.
Wakil Rektor I Universitas Muhammadiyah Magelang, Yun Arifatul Fatimah menekankan pentingnya green circular economy yang inklusif dan responsif gender. Menurutnya, perempuan berperan penting dalam pengelolaan sampah domestik dan ekonomi rumah tangga.
Dalam kesempatan tersebut, praktisi dari Waste & Wishes Indonesia, Melchior Raka Daksattama menyampaikan bahwa ekosistem digital harus dibangun dengan memperhatikan kejelasan insentif, alur logistik, dan dukungan komunitas. Tantangan adopsi teknologi di sektor pengelolaan sampah membutuhkan pendekatan berbasis edukasi dan pendampingan. Berdasarkan pengalamanya selama ini dalam pengelolaan sampah, sudah sangat banyak aplikasi terkait sampah yang pada akhirnya mandek dan tidak digunakan lagi.
“Aplikasi yang dikembangkan pada kegiatan ini interfacenya cukup sederhana dan ramah pengguna, ini merupakan awal yang baik. Kedepannya, perlu adanya kerjasama berbagai pihak agar aplikasi dan kegiatan ini dapat berkelanjutan dan bermanfaat bagi masyarakat,” papar Raka.
Dalam diskusi kelompok, peserta dibagi berdasarkan kategori pemangku kepentingan (perangkat daerah, pelaku usaha, dan komunitas).
Beberapa rekomendasi strategis yang muncul antara lain adalah pentingnya penyederhanaan antarmuka aplikasi, fitur pelaporan dan pelacakan distribusi maggot dan pupuk, mekanisme koordinasi antar kelembagaan, dan pelatihan digital bagi pengelola TPS3R dan bank sampah.
Kegiatan ini menjadi titik temu antara riset ilmiah, kebijakan daerah, dan kebutuhan nyata masyarakat. Dengan sinergi antara pihak, BRIN berharap aplikasi digital yang sedang dikembangkan dapat menjadi model replikasi nasional di masa mendatang.
“Kami berharap hasil workshop ini tidak berhenti pada rekomendasi, tapi menjadi fondasi kerja bersama untuk membangun sistem yang efisien, inklusif, dan berkelanjutan,” tutup Ratna.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id