Dosen Fakultas MIPA Unpad, Anindya Apriliyanti Pravitasari. DOK Unpad
Dosen Fakultas MIPA Unpad, Anindya Apriliyanti Pravitasari. DOK Unpad

Peneliti Unpad Bikin Nenomimo, Pengubah Citra MRI Jadi 3 Dimensi

Renatha Swasty • 19 Januari 2024 10:21
Jakrta: Tim peneliti Universitas Padjadjaran (Unpad) mengembangkan model matematis berbasis artificial intelligence (AI) yang dapat mengubah citra hasil MRI dari bentuk dua dimensi menjadi tiga dimensi. Selama ini, masyarakat lebih memilih Magnetic Resonance Imaging (MRI) 1,5 Tesla karena lebih murah.
 
“Jadi, masyarakat lebih memilih MRI 1,5 Tesla karena lebih murah dan juga dibiayai oleh BPJS. Persoalannya adalah ketika melakukan scanning MRI yang 1,5 Tesla hasil pencitraannya itu kurang begitu baik, kurang begitu jelas,” kata dosen Fakultas MIPA Unpad, Anindya Apriliyanti Pravitasari, dalam keterangan tertulis, Jumat, 19 Januari 2024.
 
Hasil citra radiologi dari MRI 1,5 Tesla memiliki kualitas lebih rendah dibandingkan dengan MRI 3 Tesla, 7 Tesla, dan 9 Tesla. Anindya menjelaskan model matematis yang diberi nama Nenomimo (Neonormal Mixture Model) ini merupakan sebuah model matematis untuk melakukan segmentasi citra melalui mixture model menggunakan distribusi statistik bernama neonormal.

Nenomimo yang dikembangkan oleh Anindya dan tim ini dapat mengubah citra MRI yang awalnya berupa citra dalam bentuk dua dimensi selanjutnya disusun menjadi citra dalam bentuk tiga dimensi. Penelitian ini mendapat respons sangat baik karena citra yang berbentuk tiga dimensi ini dapat memperkirakan besar volume dari tumor di dalam otak.
 
“Selain tumor ada juga swelling brain, kami orang awam menyebutnya bengkak yang diakibatkan oleh tumor. Itu juga kami deteksi dan itu sangat berguna untuk proses operasi dan sebagainya,” ujar Anindya.
 
Anindya menjelaskan untuk meningkatkan hasil dari Nemomimo ini kembali dikembangkan model yang diberi nama YOLO (You Only Look Once). Model ini dibentuk menyerupai mata manusia yang dapat langsung mengenali objek dalam satu kali lihat.
 
Prinsip kerja dari model YOLO ini dapat mendeteksi lokasi hanya tumornya saja, sehingga menghasilkan hasil yang lebih presisi.
 
“Model kami membantu untuk merekonstruksi citra yang 2D menjadi citra 3D. Tidak hanya itu saja, kami juga memperjelas letak tumornya, memperjelas letak bengkak akibat tumor, itu yang paling penting untuk dokter radiologi, bidang medis, dan lain sebagainya,” jelas Anindya.
 
Nenomimo untuk paru-paru telah dikembangkan menggunakan hibah dari penghargaan sebagai paper berkualitas baik bidang kesehatan dan obat yang diterima oleh Anindya dan tim dari Kemendikbudristek. Saat ini, model untuk liver juga tengah dikembangkan.
 
Dia menyebut untuk liver digunakan model transformer ChatGPT untuk dimasukkan ke dalam model agar menjadi kekhasan dan inovasi. “Model kami mewarnai model-model yang sudah ada, sehingga kami ikut menyumbangkan inovasi berupa model-model tersebut yang bisa dijadikan alternatif untuk menganalisis citra medis ini,” ujar dia.
 
Anindya berharap nantinya alat tersebut dapat disebar luas supaya dapat dijangkau langsung oleh masyarakat. Dia mengajak teman-teman dari bidang teknologi informasi untuk melakukan deployment model.
 
“Ayo teman-teman dari lintas prodi, mari kita bekerja sama mendeploy sebuah alat yang bisa menjangkau masyarakat supaya lebih bagus lagi, berguna bagi masyarakat kita,” ajak Anindya.
 
Baca juga: Detect Me, Inovasi Peneliti Unpad untuk Memantau Kesehatan Janin pada Ibu Hamil

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan