Restuning menjelaskan penelitian ini dilatarbelakangi angka kematian ibu dan bayi serta kematian janin di Indonesia yang masih cukup tinggi. Selain itu, banyak kasus kematian janin tidak terdeteksi sejak awal.
Dia berharap alat ini dapat meningkatkan kesadaran ibu hamil untuk memeriksa gerakan janin. Alat ini juga akan sangat membantu bagi ibu hamil yang lokasinya jauh dari fasilitas pelayanan kesehatan.
Selain itu, alat ini akan membantu bagi ibu hamil yang memiliki kehamilan dengan risiko tinggi yang sewaktu-waktu dapat mengancam diri dan janinnya.
“Alat ini akan membantu memantau untuk ibu-ibu yang hamil dengan risiko tinggi atau kondisi janinnya mungkin terindentifikasi akan risiko tinggi. Juga untuk daerah-daerah yang akses ke pelayanan kesehatan itu jauh,” jelas Restuning dalam acara HardTalk dikutip dari laman unpad.ac.id, Selasa, 9 Januari 2024.
Penelitian yang dimulai pada 2019 ini telah melewati beberapa tahap penelitian. Tahap awal, Restuning dan tim memastikan alat yang mereka ciptakan dapat mendeteksi dan memisahkan antara denyut jantung ibu dan bayi.
Setelah itu, perlu memastikan kembali alat yang dibuat cukup sensitif untuk mendeteksi hal tersebut. “Pemisahan-pemisahan suara itu yang proses penelitiannya cukup panjang karena kita ingin memastikan bahwa ini betul yang kita deteksi itu denyut jantung janin,” ungkap dia.
Penelitian dilanjutkan dengan tahap menyiapkan aplikasi Detect Me di smartphone yang akan dikoneksikan dengan Heart Detector and Movement (HMD). Saat ini, masih dalam tahap HMD sendiri dan aplikasi sendiri.
"Nanti di tahap yang kedua akan dikoneksikan. Dengan teknologi wireless nanti akan dikoneksikan antara HMD dan aplikasinya, sehingga ibu bisa mendeteksi bagaimana denyut jantung janinnya dan gerakannya dari aplikasi tersebut,” kata Restuning.
Penelitian ini juga mengkaji tingkat kesadaran ibu hamil untuk mengetahui kesehatan janin dan kebutuhan ibu terkait dengan alat yang bisa digunakan di rumah.
Restuning menjelaskan penelitian yang masih terus berlangsung ini kemungkinan akan mulai dapat ditemukan di pasar sekitar 2-3 tahun lagi. Hal ini karena tim peneliti masih terus mengembangkan alat yang aman, ringkas, dan tentunya sangat mudah untuk digunakan.
“Proses untuk terintegrasi ke pelayanan kesehatan itu kita butuh diseminasi, kita butuh proses kerja sama, begitu juga untuk proses sampai ke market. Tentu yang kita jual harus terjaga keamanannya dan kemudahannya, itu yang menjadi pertimbangan kita,” tutur dia.
Restuning menyebut alat ini akan dijual dengan harga di atas Rp1 juta, tetapi bukan harga final karena penelitian masih berproses. Tim peneliti juga mempertimbangkan apakah ke depannya alat ini harus dimiliki atau bisa dipinjamkan.
“Bisa juga ini menjadi bagian dari fasilitas kesehatan yang ada di Indonesia. Ibu-ibu yang berisiko tinggi hamilnya ataupun janinnya itu dipinjamkan alat supaya ketika dia di rumah dia tetap bisa memantau. Karena awalnya kita mengambangkan alat ini memang untuk bagian dari usaha meningkatkan kesehatan ibu dan janin,” kata Restuning.
Baca juga: Alat Deteksi Jantung Dini Portabel Buatan Unpad, Bisa Dimasukkan Saku Lho! |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News